Senin, 10 Maret 2014

WAHAI JIWA YG TERSAKITI ~ MERENUNG SEJENAK TUK DIRI

Gelapnya malam menyelimuti kesunyian hati...
Gelapnya hati dlm diri menutupi cahaya yg bersih..
Buramnya hati dalam kemelut jiwa...
Apa makna terdalam dari kata-kata yg terucap...
Semua kusam tak berarti indah dlm diri...

Wahai diri yg telah diberkahi oleh`Nya...
Merenunglah sejenak tuk diri`mu..
Berbuat baiklah sekejap tuk hati`mu..
Bermanis lembutlah tuk sikap diri`mu...

Jangan kau gelisah hanya karena seseorang yg mencampakkan`mu...
Jangan kau remuk hanya karena seseorang mengkhianati`mu..
Dan jangan kau gundah gulana saat dia menjauh dari`mu...

Siapapun dia.. darimanapun asalnya..
Hendak seperti apa maksudnya...
Biarlah... biarlah dia pergi tak meninggalkan kata manis pada`mu...
Ikhlaskan apa yg semestinya sudah menjadi qadar dan qadha`mu..

Wahai jiwa yang tersakiti..
Wahai hati yang sedang kusam..
Wahai diri yg tercampakkan...
Merenunglah sejenak tuk dirimu..
Bahwa kau lahir tidaklah sia-sia..
Kau hidup membawa misi dalam hidup`mu..
Kau dihidupkan ada maksud Allah disana...

Bahwa...
Kau hidup sudah dalam hitungan dan dalam kehendak`Nya..
Kau dihidupkan sudah dalam genggaman tangan`Nya..
Dan sudah dalam rotasi yg berporos dalam kekuasaan`Nya...

Coba merenunglah sejenak tuk dirimu..
Hidupmu akan lebih berwarna bila kau dekatkan kepada`Nya..
Hidupmu akan lebih indah bisa kau mencintai`Nya..
Hidupmu akan lebih berharga bila kau hadapkan wajahmu hanya kepada`Nya...

Kau tau kasih...
Bila kau jalankan itu semua, tak heran kemuliaan akan menyandang predikat`mu..
Status sholeh dan sholeha akan menghampiri`mu..
Derajat maqam`mu akan lebih berharga dari yg tak ada nilainya sezahrapun....
Dan kau tau kasih...
Allah pun akan mengangkat derajat bagi kaum`Nya yg selalu dlm jalur`Nya..
Allah akan lebih mencintai dari sejengkal kau berjalan..

Wahai jiwa yg terbohongi..
Yang terhina karena dihina oleh sesama`mu..
Yang tercampakkan karena khianat cintanya..
Yang tak tau semestinya berjalan kemana...

Saatnya kau berpaling darinya kepada`NYA..
Saatnya kau bersujud memohon ampunan kepada`Nya..
Saatnya hatimu kembali ke fitrah sebagai makhluk`Nya...

Bersujudlah atas nama Tuhan`mu..
Berpasrah dirilah atas kehendak`Nya..
Dan ikhlaskanlah apa yg semestinya sudah terqadar dlm hidup`mu..

Wahai yg sedang merenung sejenak....
Iqro... Iqro... bacalah hatimu dgn lemah lembut...
Bacalah jiwa mu dgn kemesraan dzat`Nya..
Bacalah apa yg semestinya bisa melembutkan hatimu...
Karena dengan itu.. kau akan bisa memaknai hidup yg sesungguhnya..

Bahwa hidupmu tidaklah sia-sia..
Hidupmu semua penuh keberkahan,,
Hidupmu semua ada makna tersirat yg kau tidak ketahuinya..
Semua ada pelajaran`Nya.. ada hitungan`Nya.. ada neraca`Nya...

Bangkitlah dari rasa keterpurukan jiwa`mu...
Sudahi semua kisah sedihmu.., lalu...
Luruskanlah shaffmu kepada`Nya..
Sambutlah cahaya cinta`Nya yang hakiki...

Perlu kau pahami bahwa...
Cinta kpd manusia secara berlebih bisa membutakan mata~hati`mu..
Tapi cinta kepada Allah secara berlebih akan menajamkan mata~hati`mu..,
Mana yang akan kau pilih..,
Semua jawaban hanya hati`mu yg mengetahuinya.
Apapun jawaban itu hanya antara kau dan Tuhan`mu..

Merenunglah sejenak tuk diri`mu..
Mana yg berharga dari kedua yang kau cintai..
Mana yang mulia dari kedua yg ada dihadapan`mu..
Mana yang semestinya kau cintai..
Taukah kau bahwa....

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Paling Tinggi, Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (QS. al-A'la (87) : 1-5)

Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu, maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS. al-A'la (87) : 6- 13)

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS. al-A'la (87) : 14-19)...

Merenunglah sejenak tuk diri`mu....
Mana yang berarti dalam memaknai hidup`mu..
Tanyakan pada diri`mu ...

||* Dalam setiap kondisi apapun kita hrs selalu mengingat~Nya. Dlm keadaan suka, duka, hampa, gersang maupun gundah gulana, ingatlah DIA. Krn Allah selalu hadir disetiap kondisi kita seperti apa. Bila Malaikat ingin memanggil ruh kita, Mk kita pun sudah siap dlm setiap kondisi apapun krn kita selalu mengingat~Nya. Alhamdulilah. Amin Wslm *||

Wasalam..
chaling....

Ikhlas dan Niat

Allah ta'ala berfirman :Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan ( Huud : 15-16 )

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya segala pekerjaan itu ( diterima atau tidaknya di sisi Allah )hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.(HR. Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan ( kamu telak dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent. ) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu ) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu ), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka(HR.Muslim)

Keterangan singkat :

Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah sebatas niatnya, maka barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka amalnya akan diterima oleh Allah, dan barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah seperti dia menyekutukan-Nya dengan makhluk, maka pekerjaannya itu akan ditolak dan akan menjadi bencana baginya.

Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas :

Bahwa dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu
karena Allah Ta'ala.

Pentingnya ikhlas, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia ( seperti memberikan sedekah, membaca al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir).

Bahwa baiknya bentuk suatu pekerjaan tidak cukup untuk diterimanya amal itu di sisi Allah akan tetapi harus dibarengi dengan niat ikhlas.

Wajibnya memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu
ikhlas dalam beramal.

Salam
mursalimnwawi

Kiat Sukses Menjaga Ukhuwah Islamiyah


Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.” (Al-Hujurat: 10).

“Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).

Betapa banyak kehidupan yang berubah menjadi keras ketika ikatan persaudaraan telah pupus, ketika sumber-sumber kecintaan terhadap Allah telah kering, ketika individualisme telah menggeser nilai-nilai persaudaraan, saat itu setiap individu berada dalam kehidupan yang sulit, merasa terpisah menyendiri dari masyarakatnya.

Kebanyakan manusia pada umumnya, perilaku mereka telah tercemari oleh hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, yang terkadang mereka menyadari hal tersebut, dan terkadang tidak menyadarinya.

Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah menyebutkan salah satu di antaranya adalah, “Dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.”(HR Bukhari dan Muslim). Dan di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku..”(HR Malik dan Ahmad).

Muhammad bin Munkadir ketika ditanya tentang kenikmatannya dalam kehidupan ini, beliau menjawab, “Ketika bertemu dengan saudara-saudara (sahabat-sahabat), dan membahagiakan mereka.”

Al-Hasan pernah berkata, “Kami lebih mencintai sahabat-sahabat kami dari pada keluarga kami, karena sahabat-sahabat kami mengingatkan kami akan kehidupan akherat, sedangkan keluarga kami mengingatkan kami akan kehidupan dunia.”

Khalid bin Shafwan berkata, “Orang yang lemah adalah yang sedikit menjalin persaudaraan.”
Perhatikanlah beberapa perkataan di atas, baik dari ayat-ayat Allah, hadis, maupun perkataan para ulama, kemudian lihatlah pada kenyataan tentu akan menunjukkan kebenarannya. Siapakah yang menolongmu untuk mampu tetap teguh memegangi hidayah? Siapakah yang meneguhkan kamu untuk tetap istiqamah? Siapakah yang menemani kamu ketika dirundung bencana dan malapetaka? Karena itu Umar pernah berkata, “Bertemu dengan para ikhwan bisa menghilangkan kegalauan dan kesedihan hati.”

Untuk dapat sukses dalam menjaga ukhuwah islamiyah kita perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat merusak ukhuwah dan berupaya untuk menghindarinya sehingga ukhuwah bisa terjalin secara langgen. Hal-hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Tamak dan rakus terhadap dunia, terhadap apa-apa yang dimiliki orang lain.

Rasulullah saw. Bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, mereka akan mencintai kamu.”(HR Ibnu Majah).

Jika kamu tertimpa musibah, mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau butuhkan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau meneteskan air mata.

2. Maksiat dan meremehkan ketaatan.

Ibnu Qayim, dalam kitab “Al-Jawabul Kafi” mengatakan, “Di antara akibat dari perbuatan maksiyat adalah rasa gelisah (takut dan sedih) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiyat itu untuk bertemu dengan saudara-saudaranya.”

Jika di dalam pergaulan tidak ada nuansa dzikir dan ibadah, saling menasehati, mengingatkan dan memberi pelajaran, berarti pergaulan atau ikatan persahabatan itu telah gersang disebabkan oleh kerasnya hati dan hal itu bisa mengakibatkan terbukannya pintu-pintu kejahatan sehingga masing-masing akan saling menyibukkan diri dengan urusan yang lain. Padahal Rasulullah saw. Bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzoliminya dan tidak menghinakannya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, Tidaklah dua orang yang saling mengasihi, kemudian dipisahkan antara keduanya kecuali hanya karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.”(HR Ahmad).

Orang-orang ahli maksiyat dan kemungkaran, pergaulan dan persahabatan mereka tidak dibangun atas dasar ketakwaan melainkan atas dasar materi sehingga akan dengan mudah berubah menjadi permusuhan. Bahkan hal itu nanti akan menjadi beban di hari kiamat.
Allah swt.berfirman, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(Az-Zukhruf: 67). Sedangkan persahabatan karena Allah, akan terus berlanjut sampai di surga, “.sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).

3. Tidak menggunakan adab yang baik (syar’i) ketika berbicara.

Ketika berbicara dengan saudara atau kawan, hendaknya seseorang memilih perkataan yang paling baik. Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘hendaklah mereka mengucapkan kata-kata yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.”(Al-Isra: 53).

Dalam sebuah hadis Nabi saw. Bersabda, “Kalimah thayibah adalah shadaqah.”(HR Bukhari).

4. Tidak memperhatikan apabila ada yang mengajak berbicara dan memalingkan muka darinya.

Seorang ulama salaf berkata, “Ada seseorang yang menyampaikan hadis sedangkan aku sudah mengetahui hal itu sebelum ia dilahirkan oleh ibunya. Akan tetapi, akhlak yang baik membawaku untuk tetap mendengarkannya hingga ia selesai berbicara.”

5. Banyak bercanda dan bersenda gurau.

Betapa banyak orang yang putus hubungan satu sama lainnya hanya disebabkan oleh canda dan senda gurau yang tidak pantas yang terkadang dapat menyinggung perasaan tanpa disadarinya.

6. Banyak berdebat dan berbantah-bantahan.

Rasulullah saw.Bersabda, “Orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah yang keras dan besar permusuhannya.”(HR Bukhari dan Muslim). Orang yang banyak permusuhannya adalah yang suka menggelar perdebatan, adu argumen dan pendapat.

Terkadang hubungan persaudaraan terputus karena terjadinya perdebatan yang sengit yang bisa jadi itu adalah tipuan setan. Dengan alasan mempertahankan ‘akidah dan prinsipnya’ padahal sesungguhnya adalah mempertahankan dirinya dan kesombongannya.

Tetapi mujadalah atau debat dengan cara yang baik untuk menerangkan kebenaran kepada orang yang bodoh, dan kepada ahli bidah, hal itu tidak masalah. Tetapi, jika sudah melampaui batas, maka hal itu tidak diperbolehkan. Bahkan jika perdebatan itu dilakukan untuk menunjukkan kehebatan diri, hal itu malah menjadi bukti akan lemahnya iman dan sedikitnya pengetahuan.

Jadi, bisa saja dengan perdebatan ini, tali ukhuwah akan terurai dan hilang. Sebab masing-masing merasa lebih lebih kuat hujjahnya dibanding yang lain.

7. Berbisik-bisik (pembicaraan rahasia)

Rasulullah bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang di antaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga karena itu akan bisa menyebabkannya bersedih.”(HR Bukhari dan Muslim).

Berbisik-bisik adalah merupakan hal yang sepele tetapi mempunyai pengaruh yang dalam bagi orang yang berfikiran ingin membina ikatan persaudaraan.

Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman berduka cita..”(Al-Mujadalah: 10).

Para ulama berkata, “Setan akan membisikkan kepadanya dan berkata, ‘Mereka itu membicarakanmu’.” Maka dari itu para ulama mensyaratkan agar meminta idzin terlebih dahulu jika ingin berbisik-bisik (berbicara rahasia).

Demikianlah beberapa hal yang dapat merusak tali ukhuwah yang perlu diwaspadai serta dihindari oleh setiap insan,agar hubungan persahabatan dan persaudaran yang selama ini terjalin dapat terus terbina dan dilestarikan sehingga kekuatan muslim semakin kokoh disegala sendi-sendi kehidupan yang pada akhirnya terwujudlah masyarakat islam yang Rahmatan lil a’lamin seperti yang telah dijanjikan Allah SWT.


salam
mursalimnawawi

Cara-Cara Menghadapi Cobaan Dalam Hidup

Setiap manusia yang hidup di dunia ini tak akan pernah luput dari cobaan. Dengan cobaan itu dapat diketahui sampai sejauh mana kualitas iman seseorang kepada Allah.
Kiranya kita tak perlu berkecil hati jika suatu saat kita mendapat cobaan dari Allah. Karena itu bukan berarti Allah telah benci atau tidak peduli lagi terhadap kita. Justru cobaan-cobaan itu membuktikan, bahwa Allah sayang kepada kita. Semakin kita disayang, semakin berat pula cobaan yang kita terima.

Hal diatas dapat kita buktikan sendiri melalui kisah-kisah para Nabi, yang walaupun beliau-beliau (para Nabi) itu merupakan kekasih-kekasih Allah, namun sungguh berat cobaan yang diberikan kepada mereka, jauh lebih berat dari yang kita terima. Kita bisa membaca (dalam Al-Qur'an) kisah Nabi ibrahim yang disuruh menyembelih putranya sendiri yang sangat dicintainya.

Kisah Nabi Ayyub yang dimusnahkan seluruh harta kekayaannya dan keturunannya serta terserang penyakit menular yang sangat menjijikan sehingga tak seorangpun kaumnya yang mau mendekat kepadanya.

Kisah Nabi Nuh yang selama ratusan tahun (Nabi Nuh berusia 950) berdakwa tapi hanya mendapat pengikut yang amat sedikit (70 atau 80 orang saja).

Kisah Nabi Muhammad yang dilempari kotoran unta dan batu hingga berdarah mukanya dan diboikot perekonomian untuknya dan keluarganya hingga kekurangan bahan makanan, dan sebagainya.


Kalau kita mau bersabar sejenak dan berpikir secara lebih mendalam, kiranya kita akan mendapati kenyataan, bahwa di balik cobaan-cobaan yang nampaknya tidak menyenangkan itu terdapat hikmah dan kebaikan yang besar.
Hal ini sebagai mana yang termaktub dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 19, yang artinya:
"BOLEH JADI KAMU TIDAK MENYUKAI SESUATU, PADAHAL ALLAH MENJADIKAN PADANYA KEBAIKAN YANG BANYAK"

Menurut kebanyakan ahli filsafat (filosof) islam, pengertian sabar itu terbagi menjadi 5 macam, yaitu:

1. Dalam beribadah.
Yakni dengan tekun dan telaten mengerjakan setiap rukun, syarat-syarat dan tata tertib ibadah yang sedang dikerjakannya. Menurut Imam Al-Ghozali, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan suatu ibadah, yaitu:
1. Harus didahului niat yang suci, ikhlas semata-mata karena Allah
2. Memperhatikan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan juga hal-hal lain baik yang wajib maupun yang sunnat.
3. Tidak bersifat Riya' setelah melaksanakan ibadah tersebut.

2. Sabar di timpa bencana.
Yakni teguh hati dan menerima dengan ikhlas ketika tertimpa suatu bencana. Karena sabar atau tidak sabar, bencana tetap akan terjadi. Tetapi dengan bersikap sabar, maka beban yang harus ditanggung akan terasa lebih ringan.

3. Sabar terhadap kehidupan dunia.
Yakni tidak mudah tergoda oleh tipu daya dunia, yang kalau dilihat secara lahiriyah penuh dengan kenikmatan dan kesenangan yang memabukan (dapat melupakan manusia kepada tujuan hidup yang sebenarnya). Padahal sebenarnya dunia ini hanya merupakan alat, bukan tujuan.

4. Sabar terhadap maksiat.
Yakni mengendalikan diri sendiri dan juga orang lain dari melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat agama.

5. Sabar dalam berjuang.
Yakni dengan menyadari sepenuhnya, bahwa perjuangan atau usaha itu ada pasang surutnya. Sehingga tidak sombong atau takabbur jika sedang pasang, dan tidak berputus asa jika sedang surut.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/abdul-aziz-ar-rauuf/cara-cara-menghadapi-cobaan-dalam-hidup/400890919120

Dari ceramah KH Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym), yang diadakan di masjid Al-Hikmah, Den Haag pada bulan Februari 2012

Berikut rangkuman ceramah Aa Gym mengenai lima cara sederhana menghadapi cobaan hidup yang ingin saya bagi.

1.  Siap menerima suatu cobaan
Kita terkadang lupa bahwa pangkal dari masalah kita bukan masalah itu sendiri, tetapi bagaimana menyikapi/menerima suatu cobaan. Seperti menghadapi suatu ujian. Apabila kita mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya, maka umumnya kita akan mendapatkan hasil yang baik pula. Tetapi kita juga harus ingat bahwa tidak semua yang kita inginkan akan terwujud. Oleh karena itu, kita harus siap pula dengan kegagalan dan jangan hanya siap dengan kesuksesan. Semakin siap kita untuk menghadapi suatu kegagalan, semakin ringan masalah tersebut akan dirasakan oleh kita. Mulailah dengan niat yang baik, ikhtiar semampu kita, tapi jangan terkunci oleh keinginan dan nafsu kita, serahkan semuanya kepada Allah SWT.

2.       Kalau sudah terjadi, kuncinya adalah ridho/diterima
Seringkali saat mengalami suatu masalah/musibah, kita cenderung berpikir “seandainya saya pergi lebih cepat”, “seandainya kita belajar lebih giat”, dsb. Hal itu menandakan bahwa kita adalah orang yang tidak bisa menerima kenyataan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak tenang dalam menghadapi berbagai cobaan serta masalah hidup. Apabila kita mencoba berpikir lebih dalam, banyak orang menderita bukan karena kenyataan yang terjadi tetapi karena tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Oleh karena itu, apabila kita sudah siap untuk menerima berbagai cobaan dari awal dan bukan di akhir, InsyaAllah kita akan menjadi lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi berbagai ujian dalam hidu kita.

3.       Jangan mempersulit diri,  “mudahkan urusanmu”
Apabila kita pikirkan baik-baik. Setiap kita mendapatkan masalah, pada umumnya kita menderita karena pikiran kita sendiri. Banyak orang menderita karena memikirkan yang belum ada dan bukan mensyukuri yang sudah ada. Orang tersebut bukan kurang rizki tetapi kurang iman. Kita jangan takut tidak akan mempunyai rizki yang cukup, tapi takut tidak bisa mensyukuri nikmat yang sudah kita miliki!  Kita harus ingat bahwa kita dihormati orang lain  bukan karena kita mulia, tapi karena Allah SWT menutupi dosa, aib, dan kesalahan kita!
Aa gym pun mengatakan terdapat beberapa babak dalam hidupnya: babak ngetop, babak belur, hingga babak baru. Beliau juga berkata bahwa pujian jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan dicaci maki. Karena pujian mendekatkan kita ke kemunafikan.  Namun, dari hal tersebut beliau menyadari bahwa memang terkadang inilah ujian yang diberikan oleh Allah SWT terhadap hambaNya untuk menaikkan derajatnya. Jangan membebani diri kita dengan berbagai masalah yang sudah ada.

4.       Evaluasi diri (bertaubat)
“Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An-Nisa ayat 79)
Terkadang kita lalai dalam mengevaluasi diri kita setelah tertimpa masalah/musibah. Kita cenderung mengedepankan emosi serta mencari-cari kesalahan orang lain. Kita harus ingat bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari dosa. Cara untuk menghilangkan/megurangi dosa tersebut tentu dengan bertaubat.
Dalam menghadapi berbagai masalah pun kita harus ingat bahwa tidak ada satupun masalah yang tidak ada solusinya. Tidak ada guru yang memberikan soal tanpa ada kunci jawaban. Tidak ada seseorang membuat lubang kunci tanpa pasangan kuncinya. Salah satu jalan utama untuk mendapatkan jawaban dari masalah kita adalah dengan bertaubat! Pada intinya adalah kita harus instropeksi terhadap kesalahan diri kita sendiri dan jangan melihat/mencari kesalahan orang lain. Seperti kisah Nabi Adam a.s. yang memakan buah terlarang dan akhirnya dikirim ke dunia sebagai hukuman. Beliau menjadi mulia karena bertaubat dan bukan karena menyalahkan iblis yang telah membujuknya. Begitu juga dengan Nabi Yunus a.s. yang dimakan oleh ikan paus karena sempat lalai terhadap umatnya. Beliau pun selamat karena bertaubat.

5.       Cukuplah Allah SWT sebagai penolong kita (hanya bersandar kepada Allah SWT)
  1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”
QS Al Falaq 1-5

Seringkali sebagai manusia, kita bersandar kepada jabatan, kekayaan, suami, istri, orangtua, saudara/kerabat dengan jabatan tinggi, dsb. Namun satu hal yang tidak kita sadari adalah kita sering bergantung kepada sesuatu yang tidak kekal. Kaya bisa menjadi miskin, kerabat bisa meninggal atau hubungan bisa menjadi renggang dan jabatan seseorang bisa hilang sewaktu-waktu. Begitu semua hal tersebut diambil/hilang kita akan kehilangan tempat bergantung. Namun apabila kita bersandar kepada Allah SWT yang kekal,  kita tidak akan kehilangan apa-apa karena kita bersandar kepada yang kekal dan pemilik alam semesta. Hal ini pun tercermin dari cara Nabi Muhammad SAW mengajarkan agama islam. Rasulullah menyebarkan agama islam dengan mengajarkan ilmu tauhid terlebih dahulu, yaitu ilmu mengenal Allah SWT. Baru setelah itu Rasulullah mengajarkan mengenai solat dan ibadah-ibadah lainnya. Dari hal ini kita bisa melihat bahwa yang terpenting adalah mengenal Allah SWT terlebih dahulu.
Akhirul kata, derajat seseorang ditentukan pula oleh masalah yang dialaminya. Semakin tinggi derajat/mulia seseorang semakin berat pula masalah yang akan dihadapinya. Yang menentukan apakah kita akan menjadi lebih mulia atau tidak adalah bagaimana kita menyikapi dan mengevaluasi diri sesudahnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada hamba-hambaNya dalam menghadapi dan menyikapi berbagai masalah yang  kita hadapi, Amin …
Wassalamualaikum.
 
mursalim nawawi