Senin, 09 Juni 2014

Menjadi Guru yang Dirindukan Siswa


Menjadi Guru yang Dirindukan Siswa
Tahun pelajaran 2014/2015 ini sudah didepan mata, untuk beberapa sekolah yang menjadi pilot project tahun pelajaran ini menjadi tonggak penggunaan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013
Ganti menteri ganti juga kebijakan dan ganti kurikulum kalimat itu menjadi hal yang sudah menjadi kelumrahan karena seperti itu adanya. Namun pastinya kita sebagai pendidik (baik di lembaga formal maupun nonformal) tetaplah seorang pendidik atau kita lebih mengenalnya dengan sebutan GURU (yang seharusnya digugu dan ditiru baik dari sikap, ucapan, dan penampilan kita). Karena kitalah yang menentukan seperti apa masa depan para murid dan masa depan bangsa ini. Guru tetap perlu memiliki pemikiran yang jernih, hati yang tulus mendidik, serta kritis bahwa pendidikan adalah urusan publik, sehingga pun perlu ambil bagian secara aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Nah, kali ini saya akan suguhkan kepada Anda semua bagaimana kita bisa tetap menjadi guru yang menyenangkan dan dicintai oleh murid – murid kita di kelas. Berikut 10 Cara Menjadi Guru yang Dirindu oleh para siswanya: 
1. Jangan Pernah Menoleransi Keributan Sejak Awal
Para guru seringkali membuat kesalahan dengan memulai tahun ajaran baru dengan membuat perencanaan kedisiplinan yang longgar. Para siswa akan dengan mudah memahami situasi dalam setiap kelas dan menyadari bahwa mereka dapat berbuat sesuka hati mereka dengan aturan minimal kedisiplinan yang telah Anda tetapkan. Sekali Anda memulai membiarkan adanya keributan atau kekacauan di dalam kelas, dan Anda memberikan toleransi atasnya, entah dengan cara mendiamkan mereka, Anda akan menemukan kesulitan di kemudian hari untuk mengontrolnya. Bagaimanapun juga, menjaga kualitas dan kedisiplinan di kelas selama satu tahun pelajaran tidak akan pernah mudah, namun akan lebih sulit membuat Anda menjadi lebih tegas dan disiplin bila Anda sudah mulai memberikan banyak toleransi pada awal tahun pelajaran.
2. Bersikap Adil
Para siswa biasanya memiliki kesan tersendiri tentang apa yang dianggap adil dan tidak adil. Sebagai guru, Anda harus bersikap adil dan fair pada para siswa bila Anda ingin dihormati. Jika Anda tidak memperlakukan setiap siswa secara sama, Anda akan dianggap telah berlaku tidak adil, menganakemaskan, pilih kasih, sedangkan yang lain merasa dianaktirikan. Jika kesan ini yang muncul, para siswa tidak akan konsisten dan ketat mengikuti aturan-aturan yang telah Anda tetapkan. Siapapun siswa itu, tidak peduli dia itu anak yang berprestasi di kelas atau bukan, bila ia telah melanggar kesepakatan bersama kelas, anak itu tetap harus memperoleh sanksi atas perilakunya yang indisipliner itu.
3. Fokus pada Materi
Ketika kelas Anda mengalami keributan atau kekacauan, Anda harus segera mengatasinya secara langsung. Usahakan agar dalam kelas Anda terdapat sedikit interupsi yang memotong jalannya pembelajaran. Misalnya, bila ada beberapa siswa yang saling omong sendiri, dan Anda sedang mengadakan diskusi dalam kelas, tanyakan pada salah satu dari mereka pertanyaan yang terkait dengan materi diskusi agar pembicaraan mereka kembali ke jalur diskusi kelas. Jika Anda menghentikan pembelajaran di kelas, dan mulai mengurusi para siswa yang saling berbicara itu secara khusus, maka Anda telah mencuri waktu penting dari para siswa yang sungguh-sungguh ingin belajar, sebab bagi mereka, waktu belajar di kelas yang terbatas itu merupakan waktu yang sangat berharga.
4. Hindari Keributan dengan Siswa
Ketika di kelas ada konfrontasi, antara Anda dan siswa, di situ pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Kadang kita ingin menunjukkan pada seluruh kelas bahwa seseorang di kelas ini telah melakukan tindakan yang salah, dan kita ingin agar yang lain belajar dari pengalaman seseorang ini. Tentu, sebagai guru, Anda berhak untuk menjaga disiplin dan keteraturan di dalam kelas. Bagaimanapun juga, akan lebih baik bila Anda membereskan persoalan indisipliner siswa tersebut secara privat, daripada kemudian membuat siswa tersebut “kehilangan muka” di hadapan teman-temannya. 
Anda perlu mengajak seluruh siswa tetap disiplin dan konsisten dengan aturan yang telah Anda tetapkan. Dengan menegur secara keras dan langsung, mungkin siswa lain akan menangkap maksud kedisiplinan Anda, namun Anda akan kehilangan kesempatan untuk merebut hati setiap anak di kelas. Anda bisa bersikap lebih bijak dengan meminta anak tersebut menemui Anda di luar jam pelajaran, dan tetap mengajak siswa tersebut konsentrasi pada pelajaran yang sedang dibahas.
5. Kelola Kelas dengan Sedikit Humor
Kadang kala humor diperlukan untuk mengajak para siswa kembali ke jalur pembelajaran di kelas. Namun untuk ini, Anda perlu belajar membedakan antara humor yang tepat sasaran dan mendidik, dan humor yang kasar. Kadangkala guru mencampuradukkan keduanya. Sementara humor yang sehat dan baik bisa membuat suasana kelas mencair dan mereka bisa dengan mudah diajak kembali ke pokok bahasan, sarkasme atau kata-kata kasar yang keluar akan merusak hubungan Anda dengan siswa. Gunakan kecerdasan emosional Anda untuk menilai apakah humor yang Anda luncurkan itu sebagai sesuatu yang memang lucu atau mengejek. Kadang Anda perlu memikirkan bahwa apa yang oleh orang lain mungkin dianggap lucu, sedangkan bagi yang lain mungkin dianggap sebagai penghinaan. Membuat humor yang tepat memang tidak mudah.Namun Anda akan terbiasa bila belajar dari pengalaman Anda.
6. Beri Tuntutan yang Tinggi pada Siswa
Anda mesti memberikan tuntutan yang tinggi pada siswa, bahwa mereka akan bersikap baik dan disiplin, bukan malah melanggar disiplin. Tunjukkan keyakinan Anda ini melalui cara bicara Anda pada siswa. Ketika Anda memulai pelajaran, jelaskan pada mereka apa yang Anda tuntutkan dari mereka dalam pelajaran kali ini. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “selama pembahasan di dalam kelas, saya mengharapkan kalian untuk pertama-tama mengangkat tangan, saya persilakan bicara, dan baru kalian berbicara. Saya juga mengharapkan kalian menghargai pendapat teman-teman yang lain dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh teman yang lain.”
7. Siapkan Bonus Materi
Adanya waktu kosong merupakan sesuatu yang harus dihindari oleh para guru. Dengan membiarkan para siswa memiliki waktu luang untuk berbicara sendiri setiap hari, Anda telah memberikan kesan pada para siswa tentang penguasaan materi akademik dan subjek yang Anda ampu. Untuk menghindari ini, buatlah desain pembelajaran tambahan sebagai bonus (overplan). Tulislah kegiatan tambahan dalam lesson plan hanya untuk berjaga-jaga pada saat materi utama yang Anda harus jelaskan pada siswa sudah selesai dalam waktu singkat. Ketika Anda memiliki banyak materi yang perlu diajarkan, Anda tidak akan pernah kelebihan waktu dan Anda terhindar dari adanya waktu luang siswa. Anda juga bisa membuat semacam latihan kecil untuk waktu luang yang kemungkinan tersisa saat Anda mengajar.
8. Tetaplah Konsisten
Salah satu hal terburuk yang dapat Anda lakukan sebagai guru adalah tidak menerapkan aturan yang telah disepakati bersama secara konsisten. Misalnya, suatu hari Anda membiarkan perilaku indisipliner yang dilakukan siswa, di hari lain, Anda menegur dan memberi sanksi pada siswa saat melakukan pelanggaran kecil. Jika ini terjadi, Anda tidak akan dihormati lagi oleh para siswa. Siswa Anda memiliki hak untuk mengharapkan Anda bersikap konsisten setiap hari. Tidak boleh ada tempat untuk sikap angin-anginan, tergantung pada mood dalam menegakkan disiplin siswa. Sekali Anda kehilangan rasa hormat dari para siswa, mereka akan mengabaikan Anda dan tidak akan membuat Anda nyaman mengajar.
9. Buatlah Aturan yang dapat Dimengerti
Anda perlu menyeleksi aturan-aturan yang Anda terapkan di kelas. Sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengikuti secara konsisten banyak aturan. Anda juga harus membuat mereka mengerti dan memahami peraturan secara jelas. Siswa perlu memahami apa saja aturannya dan apa saja yang tidak dapat diterima dalam aturan tersebut. Selain itu, Anda juga harus membuat siswa memahami dan mengerti sanksi-sanksi yang akan diterapkan bila siswa melanggar aturan-aturan tersebut.
10. Selalu Mulai Hari dengan Semangat Baru
Anda harus memiliki semangat baru setiap kali mengajar. Memiliki semangat baru tidak berarti bahwa Anda mengabaikan pelanggaran-pelanggaran sebelumnya. Pelanggaran tetaplah pelanggaran yang harus diberi sanksi. Namun demikian, Anda tidak perlu setiap kali menegaskan apa yang Anda harapkan dalam diri siswa terutama terkait dengan kedisiplinan setiap kali Anda mengajar. Anda juga perlu menghindari pemikiran yang stereotip. Misalnya, Anton sudah seminggu ini setiap hari selalu datang terlambat. Ini tidak berarti bahwa hari ini dia akan datang terlambat. Sikap baru ini akan membuat Anton tidak merasa terancam dan Anda tidak akan merasa bahwa kelas Anda pasti akan terganggu lagi dengan keterlambatannya. Selalu memiliki sikap positif dan mengajak siswa juga berpikir positif akan membantu Anda membangun suasana belajar di kelas yang positif. (diambil dari berbagai sumber)
Nah setelah mengetahui bagaimana caranya mengajar agar menyenangkan pastinya kita langsung praktikkan dalam pekerjaan kita. Eits, tunggu dulu kalau sekedar teori mungkin akan cepat lupa buat Anda para pendidik yang mau mengetahui lebih jauh bagaimana pengaplikasiannya dalam proses KBM kita di kelas ikuti yuks program Training of Trainer – How To Be A Great Teacher bersama kami AHa Self Inspiration Center akan mengajak Anda menjadi guru yang menyenangkan, dicrindukan para murid, dan menjadi teladan bagi sesama rekan guru...

Guru Hebat!

Guru adalah profesi penghasil semua profesi setelahnya. Guru adalah cikal bakal semua profesi. Guru adalah awalan pejuang penghasil pejuang selanjutnya. Guru adalah titik awal pergerakan dan perkembangan. Adakah manusia yang tidak memiliki guru?

Saat ini, sebagai Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar saya belajar untuk menjadi guru  selama satu tahun. Pekerjaan yang sebelumnya saya hindari, karena menurut saya saat itu, guru adalah pekerjaan yang membosankan.

Jalan enam bulan penugasan, pandangan itu sedikit demi sedikit berubah. Pengalaman kerja kantoran sebelumnya, membuat saya menyadari bahwa guru adalah pekerjaan penuh tantangan sepanjang jaman. Jika di kantor, pekerjaan akan selesai saat jam pulang kantor, maka hal ini berbeda sekali saat menjadi guru. Sebagai guru, kami bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, sepanjang waktu. Bukan hanya saat mengajar, kami perlu banyak waktu untuk memikirkan media dan metode pengajaran yang tepat dan menyenangkan.

Perlu waktu untuk berbicara dengan banyak orang menyelesaikan berbagai permasalahan murid dan sekolah, perlu waktu ekstra untuk memikirkan formula agar anak yang suka bolos bisa kembali bersemangat sekolah, memikirkan anak yang lambat agar lebih semangat belajar, dan tentu saja menjadi panutan, menyisipkan setiap karakter bangsa dalam setiap sendi kehidupan.

Guru harus semaksimal mungkin menjadi manusia baik, karena setiap guru adalah panutan, karena guru itu digugu dan ditiru (didengarkan dan dicontoh). Jika guru ingin mengajarkan murid untuk membuang sampah pada tempatnya, maka guru harus memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Jika guru melarang siswanya berkelahi, tidak  bijaksana jika gurunya sendiri suka bertengkar dan main kekerasan. Jika guru mengajarkan untuk menyayangi sesama manusia, pelajaran tersebut tidak akan sampai apabila gurunya sendiri suka menggunjing dan membicarakan kejelekan orang lain.

Lebih dari apapun, sosok guru dapat tampil sebagai sosok pahlawan bagi murid. Guru dapat menjadi sosok kepercayaan murid dan orangtua. Sosok dengan kharisma bijaksana dan terjamin kebaikannya. Berton tanggung jawab ada di pundak para guru, yang sebanding dengan aliran pahala dan kebaikan bagi seorang guru baik.

Disini, saya melihat langsung bagaimana ketulusan dan segala hal baik itu menular. Ada banyak sosok guru inspirasional, yang dengan tulus dan tidak melihat ‘saya dapat apa’ dari setiap pekerjaan sulit yang dilakukannya. Dari mereka, saya belajar banyak. Hal-hal baik itu saya curi sebanyak mungkin, saya pelajari dan saya resapi.                                                                                                                                                                                                                                    

Jadi Guru Hebat Penuh Manfaat

Kagum dengan kisah perjuangan sahabatku yang merantau ke luar pulau dengan modal keyakinan untuk merubah nasib. Sudah kurang lebih 3-4 bulanan beliau berada di sana hanya lewat perbincangan di jaringan sosial aku bisa tahu keadaannya dan keluarga lah yang bisa terus kami pantau. Sesekali beliau bercerita betapa harus menjadi orang yang kuat hidup di negeri orang namun sesekali pun beliau bercerita tentang berbagai aktivitasnya di sekolah sebagai seorang guru dengan berbagai macam karakter anak dan orangtua.
Kaget saat tadi pagi kulihat statusnya yang mengatakan “ bukan hendak putus asa dengan rahmat Allah.cuma sedang putus asa dengan diri sendiri.aaaah.....useless me. useless teacher ”. Ternyata ada sedikit kecekalaan kecil yang menimpa salah satu muridnya. Mmmm... pengalaman hampir 12 tahun menjadi seorang guru dengan berbagai macam karakter siswa pastinya membuat saya ingin rasanya berbagi pengalaman, bukan ingin menggurui karena saya juga belum bisa menjadi guru yang baik tapi mudah-mudahan bisa jadi lahan sharing pengalaman yang pernah saya alami.
Setiap guru pasti ingin murid-muridnya nurut sama beliau, melakukan apa yang disuruh dengan sigap, tidak banyak bercanda saat di kelas, dan bersikap manis serta sopan kepada guru. Namun namanya anak-anak ya tetap anak-anak penuh perjuangan untuk melakukan itu bukan dengan mantra simsalabim hehe.. nah berikut beberapa tips yang mudah – mudahan bisa bermanfaat, bagaimana seorang guru benar-benar ditiru dan digugu oleh para muridnya.
1. Saat mengajar usahakan sebisa mungkin hindari terlalu banyak metode ceramah, karena itu akan membuat siswa lebih cepat bosan bahkan mengantuk (apalagi kalau Anda sebagai guru SD)
2. Berikan banyak contoh kepada para siswa tentang apa yang ingin siswa Anda lakukan. Contohnya jika Anda berharap Ia akan hormat kepada Anda maka awali Anda harus menghormatinya sebagai seorang murid dengan menjaga harga diri murid. Misalkan saat ada murid yang tertidur di kelas jangan langsung Anda membangunkan dan memarahinya karena itu akan membuat siswa akan ditertawakan oleh semua temannya dan pastinya membuat siswa Anda sakit hati. Tapi tanyalah di sela – sela waktu yang tepat
3. Jika Anda marah atau kecewa kepada siswa, biaralah dari hati ke hati bukan dengan berteriak di kelas dan didengar oleh seluruh teman – temannya.
4. Tebarkanlah senyum kepada mereka dengan tulus, sekalipun kepada siswa yang ‘bermasalah’
5. Berikan motivasi untuk bisa menjadi yang terbaik bukan malah menyindirnya dengan kata – kata yang pastinya bisa membuatnya mundur
6. Selingi proses mengajar kita dengan humoran yang tepat waktu dan tempatnya
7. Penampilan dan berkatalah yang terbaik layaknya seorang guru agar siswa kita juga berpenampilan dan bertutur kata terbaik selayaknya seorang murid
8. Jadilah sahabat bagi siswa kita di saat selingan waktu yang tepat
9. Bersabar dengan segala proses yang sedang dijalani oleh siswa kita untuk memiliki akhlaq yang baik karena tidak ada perubahan yang instan dalam melakukan perbaikan karakter
10. Berdo’alah agar siswa kita diberikan perubahan akhlaq yang baik dan kemudahan dalam menerima ilmu di setiap waktu kita.
Nah, itu dia beberapa tips bagaimana bisa menjadi guru hebat untuk siswa kita... Ingin mengetahui lebih lengkap lagi artikel seputar pendidikan yang lainnya? Ikuti artikel – artikel lainnya di www.ideanakhebat.com

Menjadi Guru yang Hebat


Untuk mengaktifkan orang lain, untuk membuat mereka antusias, anda sendiri harus lebih dahulu antusias
DAVID J. SCHWARTZ, DALAM THE MAGIC OF THINKING BIG

Hari itu saya hampir putus asa ketika mengajar IPA di kelas VB sekolah ku, padahal sebelumnya saya nggak pernah sekalipun patah semangat. Saya tidak pernah putus asa dalam segala hal. Bagaimana tidak, ketika senyum sudah merekah indah, semangat membara, menggebu-gebu sebelum memulai pembelajaran, siswa justru membalas dengan ekspresi datar, penuh kemalasan, tidak terlihat antusias sama sekali, dingin.

Saya membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar, masih dengan suara lantang dan bersemangat. Namun, siswa menjawab lirih sekali hampir tidak terdengar. Aku bingung dan mulai memutar otak untuk mencari solusi, mengembalikan semangat mereka. Saya mengajak bernyanyi dan bermain, Alhamdulillah sedikit berhasil mengembalikan semangat yang hampir hilang.

Setelah semangat itu mulai terlihat, walau masih redup, barulah kemudian saya memulai pembelajaran IPA, tentang Pelapukan Batuan dan Jenis-jenis Tanah. Selama pembelajaran berlangsung, semua kembali normal bahkan antusiasme muncul di akhir sesi pembelajaran karena saya mengajak semua siswa untuk melakukan diskusi. Saya membawa tiga jenis tanah yang berbeda, mereka diminta untuk mengidentifikasi jenis tanah tersebut.

Pembelajaran yang di awal tidak bersemangat ternyata menjadi mengasikkan karena semangat dan antusiasme dari guru, terbukti bahwa semangat itu menular. Hari ini indikator dan tujuan pembelajaran tetap tercapai.

Pembaca sekalian, para guru, pengusaha, karyawan, menager, atau apapun itu, ingatlah kaidah penting dalam kehidupan ini, bahwa untuk mengaktifkan seseorang, untuk membuat lawan bicara kita antusias, maka anda sendirilah yang harus lebih dahulu terlihat aktif dan antusias. Jangan pernah berharap lawan bicara anda antusias jika anda sendiri berwajah masam, tidak bersemangat, berjabat tangan seadanya, dan lain-lain. Mustahil.

Antusiasme menjadi sangat penting, terlebih bagi seorang guru. Sering kita dapati atau mungkin kita sendiri mengalami, mengantuk saat guru menjelaskan, membosankan, tidak menarik, sehingga kita (sewaktu menjadi siswa dahulu) lebih memilih untuk mengobrol dengan teman sebangku, tidur, bermalas-malasan, atau melamun, tidak memperhatikan.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Padahal, jika kita perhatikan dan jujur, pelajaran di sekolah itu menarik. Semuanya, tanpa terkecuali. Hanya saja, karena dibawakan oleh seorang guru yang mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban, mengajar seadanya, tidak ada semangat dan antusiasme, maka pembelajaran yang kita harapkan akan luar biasa menjadi hambar tidak berasa apa-apa. Siswa menjadi korban.

Pembaca sekalian, terutama guru, ingatlah satu hal, guru yang hebat adalah juga aktor yang hebat. Seberapapun beratnya masalah yang sedang dihadapi, dalam mengajar semua itu harus tidak terlihat. Sesedih apapun yang kita rasakan, di depan siswa semangat dan antusiasme harus dimunculkan.

Semangat dan antusiasme adalah kunci keberhasilan dalam membangkitkan minat belajar siswa, percaya deh. Selamat mencoba.

Empati itu Penting, Bijaksana itu Harus! (Menjadi Guru Menyenangkan )


            Kali ini menjadi guru menyenangkan yang paling penting memiliki empati, dan harus bijaksana. Berikut akan kita ulas mengenai dua hal tersebut.
            Empati mempunyai pengertia yang hampir mirip dengan simpati. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati betul dalam memahaminya. Menurut Bennet, empati adalah partisipasi emosional dan intelektual secara imajinatif pada pengalaman orang lain.
            Apabila kita perhatikan dengan seksama, empati berbeda dengan simpati. Empati menekankan pada partisipasi secara emosional dan intelektual pada pengalaman orang lain, sedangkan simpati menekankan pada penempatan diri secara imajinatif pada posisi orang lain.
            Empati dapat diartikan bagaimana kita membeyangkan  pikiran atau perasaan orang lain menurut persepsi orang yang bersangkutan. Sedangkan simpati adalah kita menempatkan diri kita seperti orang lain dengan menggunakan persepsi kita. Dalam empati kita membayangkan perasaan atau pikiran orang lain, tetapi dalam simpati kita membayangkan apabila kita menjadi orang lain.
            Guru empati dapat membayangkan pikiran dan perasaan siswa menurut persepsi mereka, bukan menurut persepsi guru. Misalnya, dalam proses pembelajaran, seorang guru empati merancang dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan alam dan pikiran dan perasaan siswa, bukan sesuai dengan alam pikir dirinya. Hal ini tercermin dalam bahasa yang digunakan dan cara memperlakukan siswa.
            Guru empati berbeda dengan guru biasa dalam memperlakukan siswa-siswinya.
            Perhatikan dua contoh perbedaan yang mencolok antara guru empati dan guru tidak empati dalam menghadapi siswa.

Contoh 1
Cara Guru Tidak Empati dalam menyelesaikan persoalan siswa yang terlambat masuk sekolah.
Guru     : ”Mengapa kamu datang terlambat?”
Siswa   : ”Saya terlambat bangun, Bu.”
Guru     : “Ah, alasan kamu! Tidakkah kamu tahu kalau sekolah dimulai pukul 07.00?”
Siswa   : ”Saya tahu, Bu. Tapi kali ini saya benar-benar terlambat bangun. Saya menyesal
   datang terlambat.”
Guru     : ”Ya, sudah. Besok tidak boleh terlambat lagi. Awas kalau terlambat lagi!”

            Coba anda amati kalimta-kalimat yang disampaikan sang guru terhadap siswa dalam ilustrasi tersebut. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata yang menyudutkan, menyalahkan, dan mengundang rasa tidak nyaman. Bahkan, di dalamnya terdapat kalimat yang mengancam siswa.

Contoh 2
Cara Guru Empati dalam menyelesaikan persoalan siswa yang terlambat masuk sekolah.
Guru     : ”Mengapa kamu datang terlambat, Nak?”
Siswa   : ”Saya terlambat bangun, Bu.”
Guru     : “Kamu tidur terlampau larut tadi malam?”
Siswa   : ”Betul, Bu. Saya nonton pertandingan sepak bola.”
Guru     : ”Kamu sangat menyukai sepak bola?”
Siswa   : ”Betul, Bu. Saya pecinta sepak bola.”
Guru     : ”Kamu mencintai sepak bola?”
Siswa   : ”Ya, Bu.”
Guru     : ”Kamu tidak mau kehilangan kesempatan nonton sepak bola?”
Siswa   : Betul, Bu.”
Guru     : ”Kamu juga sebetulnya tidak mau terlambat sekolah?”
Siswa   : ”Betul, Bu.”
Guru     : ”Kamu dapat mengatur waktumu agar kecintaanmu terhadap sepak bola tidak
   mengganggu sekolahmu?”
Siswa   : ”Bisa, Bu. Lain kali saya tidak akan terlambat ke sekolah, meskipun habis
    nonton sepak bola.”
Guru     : ”Kamu merasa itu pilihan yang terbaik untukmu?”
Siswa   : ”Ya, Bu.”
(Guru mengangguk, lalu mempersilakan siswa masuk kelas).

            Dari dialog tersebut, tampak dengan jelas perbedaan sikap guru empati dengan guru tidak empati. Contoh kasus 1 menggambarkan sikap guru tidak empati. Siswa merasa tidak nyaman dngan sikap guru tersebut. Ia sebetulnya sudah tahu bahwa dirinya tidak mau terlambat ke sekolah, dan ia menyesal. Akan tetapi, pertanyaan dan ancaman guru semakin membuat dirinya merasa bersalah yang mendalam. Sikap guru seperti itu dapat mengundang siswa tidak hormat pada guru, bahkan dapat menimbulkan rasa marah da dendam siswa kepada guru.
            Sebaliknya, pada contoh kaus 2, guru memesisikan diri pada persepsi dan perasaan siswa yang terlambat sehingga akhirnya siswa menyadari kekeliruannya dengan penuh kesadaran. Bahkan, ia menemukan solusinya tanpa harus merasa ditekan atau diancam oleh guru. Kecintaannya pada sepak bola tidak dicela oleh guru. Akan tetapi, pada kasus pertama, guru sama sekali tidak menghargai kesukaan siswa pada sepak bola.
            Sebagai manusia, para siswa dapat membedakan guru empati dan guru tidak empati. Guru empati sangat menyenangkan sehingga bisa dijadikan seaa orang tua dan sahabat. Guru empati aman untuk dijadikan sebagai tempat curhat. Wajarlah, apabila guru empati disukai dan disayangi para siswanya.
Di tangan guru empati, para siswa tunduk dan patuh serta terbu. Oleh karena itu, guru empati memiliki kekuatan psikologis yang luar biasa.
            Dalam kehidupan sehari-hari, ada sementara guru yang berpandangan bahwa sikap empati membuat guru tidak dihargai siswa. Pendapat ini tentu saja kurang berdasar. Yang menyebabkan guru tidak dihargai siswa bukan empatinya, melainkan sikapnya yang sering mencela, memaki, dan tidak menghargai perasaan serta pikiran siswa alias guru otoriter atau guru yang tidak memegang nilai-nilai dalam menghadapi siswa (tidak proaktif).
            Bagi guru pada era globalisasi seperti sekarang ini, sikap dan perlakuan empati kepada siswa merupakan tuntutan mutlak untuk mencapai hubungan yang harmonis dan edukatif dengan siswa. Tanpa sikap ini, pola komunikasi dan hubungan antara siswa dan guru dalam pendidikan akan terasa dingin dan memiliki jarak psikologis, bahkan cenderung menegangkan. Akibatnya, proses pendidikan tidak mencapai hasil yang optimal.
            Nah, para guru hebat dimanapun anda berada, bagaimana?Sudahkah anda bersikap empati kepada siswa-siswi anda?

            Ternyata, memiliki empati saja tidak cukup. Untuk menjadi guru yang menyenangkan satu hal lagi yang harus dimiliki adalah sikap Bijaksana.
            Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, arti kata bijaksana adalah menggunakan akan pikiran dan pengalamannya. Ini berarti bahwa orang bijaksana adalah orang yang senantiasa menggunakan akal dan pikirannya dalam menghadapi atau memutuskan persoalan. Orang bijaksana tidak emosional dalam menghadapi seuatu. Ia pun tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Setiap persoalan dihadapinya dengan akal sehat. Setiap keputusan dipertimbangkan masak-masak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang luas.
            Seorang guru dikatakan bijaksana apabila dalam menghadapi setiap persoalan senantiasa mempertimbangkan dengan akal sehat dan mendasarkannya pada ilmu pengetahuan. Ia tidak reaktif dan emosional. Misalnya, apabila ia menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, ia tidak dengan serta-merta menyalahkan, mencela, memaki, dan menghukum siswa. Dengan tenang dan penuh kesabaran, ia mengumpulkan berbagai bukti secara objektif. Setelah bukti tersebut ditemuka, ia mempertimbangkan kemanfaatan, baik bagi siswa yang melakukan kesalahan tersebut maupun bagi kebaikan umum.
            Guru bijaksana merancang dan melaksanakan pembelajaran seuai dengan kemampuan dan keadaan siswa-siswinya. Ia tidak memaksakan kehendaknya sendiri pada anak-anak. Ia tidak berlebihan dalam memberikan tugas, tapi disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan siswa.
            Secara umum, para siswa menyukai guru yang bijaksana. Mengapa demikian? Sebab, dari guru bijaksana mereka mendapatkan pelajaran untuk kehidupannya. Mereka merasa diperlakukan secara m,anusiawi, tidak semena-mena. Berbeda halnya degan guru yang tidak bijaksana. Guru tidak bijaksana memperlakukan siswa semaunya, menurut perasaannya. Jika tidak menyukai siswa tertentu, guru tidak bijaksana akan meindasanya, terutama secara psikologis.
            Guru tidak bijaksana kan terjerumus ke dalam perbuatan merusakkan mentalitas siswa tanpa disadari. Ia akan memperlakukan siswa seperti memperlakukan orang dewasa lain yang tidak disukai. Bahkan ia bisa lupa bahwa tugas dirinya adalah memperbaiki siswa bukan merusakkannya.
            Ada yang berpendapat bahwa bijaksana berarti melanggar hukum. Pendapat ini tentu saja tidak dapat dibenarkan. Bijaksana bukan melanggar hukum. Justru bijaksana berarti melaksanakan hukuk sesuai dengan kebutuhan dan keperluan.
            Wahai para guru, sudahkah anda bersikap dan bertindak bijaksana terhadap siswa-siswi anda?
            Menjadi guru menyenangkan tak cukup hanya memiliki empati saja, tetapi juga harus punya sikap bijaksana. Anda sudah SIAP? HARUS!

6 Ciri Guru Yang Berjaya



Di bawah ini adalah artikel yang saya perolehi secara online tentang 6 ciri guru yang berjaya. Pada pandangan saya, ciri-ciri yang sama perlu ada pada seorang guru pancaragam yang berkesan. Sangat baik sebagai panduan dan renungan semua pendidik bagi meningkatkan profesionalisme.
Adakah anda mempunyai ke enam-enam ciri ini?

The most successful teachers share some common characteristics. Here are the top six keys to being a successful teacher. Every teacher can benefit from focusing on these important qualities. Success in teaching, as in most areas of life, depends almost entirely on your attitude and your approach.

1. Sense of Humor
A sense of humor can help you become a successful teacher. Your sense of humor can relieve tense classroom situations before they become disruptions. A sense of humor will also make class more enjoyable for your students and possibly make students look forward to attending and paying attention. Most importantly, a sense of humor will allow you to see the joy in life and make you a happier person as you progress through this sometimes stressful career.

2. A Positive Attitutude
A positive attitude is a great asset in life. You will be thrown many curve balls in life and especially in the teaching profession. A positive attitude will help you cope with these in the best way. For example, you may find out the first day of school that you are teaching Algebra 2 instead of Algebra 1. This would not be an ideal situation, but a teacher with the right attitude would try to focus on getting through the first day without negatively impacting the students.

3. High Expectations
An effective teacher must have high expectations. You should strive to raise the bar for your students. If you expect less effort you will receive less effort. You should work on an attitude that says that you know students can achieve to your level of expectations, thereby giving them a sense of confidence too. This is not to say that you should create unrealistic expectations. However, your expectations will be one of the key factors in helping students learn and achieve.

4. Consistency
In order to create a positive learning environment your students should know what to expect from you each day. You need to be consistent. This will create a safe learning environment for the students and they will be more likely to succeed. It is amazing that students can adapt to teachers throughout the day that range from strict to easy. However, they will dislike an environment in which the rules are constantly changing.

5. Fairness
Many people confuse fairness and consistency. A consistent teacher is the same person from day to day. A fair teacher treats students equally in the same situation. For example, students complain of unfairness when teachers treat one gender or group of students differently. It would be terribly unfair to go easier on the football players in a class than on the cheerleaders. Students pick up on this so quickly, so be careful of being labelled unfair.

6. Flexibility
One of the tenets of teaching should be that everything is in a constant state of change. Interruptions and disruptions are the norm and very few days are ‘typical’. Therefore, a flexible attitude is important not only for your stress level but also for your students who expect you to be in charge and take control of any situation.

(Artikel ini boleh diperolehi dari alamat berikut:http://712educators.about.com/od/teachingstrategies/tp/sixkeys.htm)