Alhamdulillah, segala puji
bagi Allah dan cukuplah dengan itu, dan semoga Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada hamba-Nya yang terpilih.
Saudaraku
yang tercinta..dan saudariku muslimah..
Marilah kita mengkaji kondisi
kita setelah berlalunya bulan suci Ramadhan, dan marilah kita memohon kepada
Nya agar bulan itu menjadi bulan yang bermanfaat bagi kita.
Pembahasan pertama:
apa yang telah kita dapatkan selama berada dalam bulan suci Ramadhan??
Ramadhan yang penuh barokah
telah berlalu, ia pergi bersama hari-harinya yang indah dan malam-malamnya yang
semerbak. Kita telah berpisah dengan bulan Al-qur’an, bulan penuh ketaqwaan,
bulan pengasah kesabaran, bulan jihad, bulan kasih sayang, bulan ampunan dan
bulan keselamatan dari api neraka. Dan sudah sepatutnya jika perkara-perkara
diatas itu harus diperhatikan, bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Karena
setiap hari, setiap saat kita bisa mendapatkan kasih sayang Allah dan
Ampunannya. Setiap saat, ketakwaan tetap bisa didapatkan dan berakhlaq dengan
Al-qur’an. Akan tetapi pada bulan Ramadhan pahala menjadi berlipat ganda,
kebaikan pun bertambah, dan ketaatan pun berkembang.
قال الله تعالى: ﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ
مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ ﴾ ]القصص:67[
“dan Tuhanmulah yang menciptakan
apapun yang Ia kehendaki dan memilihnya” (QS.
Al-qoshosh :67)
Nah, apakah kita telah
menyempurnakan ketaqwaan kita, dan kita berhasil belajar di bulan Ramadhan
serta mendapat predikat sebagai orang yang bertakwa??
Apakah kita telah berhasil
mendidik jiwa kita segala macam bentuk jihad?? Apakah kita telah berhasil
menundukkan jiwa-jiwa kita, syahwat-syahwat kita dan memperoleh kemenangan?
Ataukah justru sebaiknya kita telah dikalahkan oleh kebiasaan kita, atau taqlid
yang buruk?? Dan apakah kita bersungguh-sungguh dalam beramal karena ingin
mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah serta selamat dari api neraka??
Apakah...apakah..dan apakah??
Begitu banyak pertanyaan,
begitu sarat pemikiran, mengetuk setiap hati seorang muslim yang tulus. Jiwanya
bertanya dan menjawabnya dengan jujur dan jelas.
Lalu, Apakah yang telah kita dapatkan selama bulan
Ramadhan??
Ramadhan adalah sebuah sarana
belajar imaniyyah, ia adalah pemberhentian spiritual untuk menyongsong kembali
tahun yang tersisa, dan mempertajam kembali cita-cita di usia yang masih
tersisa.
Barangsiapa yang peka terhadap
pelajaran yang ada, memperhatikan, dan mampu mengambil faedahnya, pasti bisa
merubah dirinya dan merubah kehidupanmu, lalu siapa yang tidak melakukannya
pada bulan Ramadhan??
Padahal bulan Ramadhan adalah
sarana yang tepat untuk perubahan, didalam bulan tersebut seharusnya kita bisa
merubah tindak tanduk kita, perilaku kita, adat istiadat dan moral kita yang
bertentangan dengan syariat Allah azza wa jalla.
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ ﴾
] الرعد:11[
“Allah tidaklah merubah suatu kaum sehingga mereka mampu merubah diri
mereka sendiri” (QS. Ar-ra’d: 11)
Pembahasan kedua : Janganlah menjadi seperti orang merusak hasil rajutannya
sendiri!!!
Saudaraku yang tercinta dan saudariku
muslimah..
Jika kalian termasuk orang
yang bisa mengambil faedah selama bulan Ramadhan, sehingga mencapai predikat
orang-orang yang bertakwa maka puasa kalian bagus, dan Shalat kalian
benar-benar terjaga, dan kalian telah bersungguh-sungguh dalam memelihara jiwa
kalian dibulan Ramadhan ini. Untuk itu bersukurlah Allah dengan memujinya, dan
mohon agar tetap seperti itu hingga ajal menjemput.
Hati-hatilah dengan yang namanya
“merusak kembali rajutan yang telah jadi”. Tidakkah kalian tahu jika seorang
wanita itu merajut (menenun) benang sehingga menjadi gamis ataupun baju, hingga
kemudian ia menjadi takjub setiap kali melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memotong
sebagian benangnya, dan merusak rajutannya tersebut sedikit demi sedikit tanpa
sebab.
Lalu apa pendapat orang terhadap
orang yang begitu??
Demikianlah keadaan orang
kembali kepada kemaksiatan, dosa dan pergaulan yang tidak sehat. Mereka tidak
lagi mempedulikan ketaatan kepada Allah, mereka tidak lagi beramal yang sholeh
setelah Ramadhan berlalu. Setelah merasakan kenikmatan taat, dan lezatnya
mendekatkan diri kepada Allah ia terjerumus kembali kedalam lumpur dosa dalam
lembah kemaksiatan. Maka amatlah buruk mereka yang hanya mengenal Allah ketika
bulan Ramadhan saja.
Saudaraku yang tercinta, yang
demikian itu tidak asing lagi bagi kebanyakan manusia, dibawah ini sebagian
contoh kecil dari sekian banyak contoh yang ada:
1. Kita
melihat kebanyakan manusia sudah melalaikan kembali pentingnya shalat berjamaah
meskipun baru hari pertama setelah hari raya, padahal sebelumnya mereka
memadati masjid-masjid untuk shalat tarawih yang jelas-jelas shalat itu
hukumnya sunnah. Sementara untuk shalat lima waktu yang wajib dan bahkan orang yang
meninggalkannya dihukumi kafir masih jarang sekali peminatnya.
2. Merayakan
berlalunya bulan Ramadhan (ied) dengan musik-musik dan film, berdandan dan
berhias, campur baur antar laki-laki dan perempuan bersama-sama pergi ke
tempat-tempat hiburan dan taman, penyelewengan dan seterusnya..
3. Sebagian
yang lain mereka pergi keluar negeri dengan tujuan untuk bermaksiat kepada
Allah. Sendiri ataupun beramai-ramai, mereka berbondong-bondong menyerbu
konter-konter pelayanan untuk membeli tiket ke negara-negara kafir, yang bejat
dan rusak dan sebagainya. Apakah ini yang dinamakan mensyukuri nikmat??
Beginikah caranya mengakhiri bulan yang mulia ini dan mensyukuri
berlalunya puasa dan shalat tarawih?? Apakah begini ciri-cirinya orang yang
ibadahnya di bulan Ramadhan itu diterima?? Justru sebaliknya, hal itu justru
menjerumuskan dalam ingkar nikmat serta tidak mensyukurinya.
Begitulah kiranya, jika ibadah
mereka dibulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, semoga Allah
menghindarkan kita dari hal itu. karena jika mereka adalah seorang yang
berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa, mereka bergembira dengan datangnya hari
raya idul fitri, mereka menuji dan bersyukur kepada Allah atas paripurnanya
puasa. Disamping itu juga mereka sedih dan menangis karena takut jikalau puasa
mereka tidak diterima. Sebagaimana yang dulu pernah dilakukan oleh ulama’
salaf, mereka menangisi bulan Ramadhan selama enam bulan setelahnya, dan
memohon supaya amalannya diterima.
Dan termasuk tanda jika amalan
selama bulan puasa itu diterima adalah perubahan yang terlihat, yaitu menjadi
lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Serta semakin bersemangat dalam ketaatan
kepada Allah azza wa jalla. Sebagaimana ayat Allah:
قال الله تعالى: ﴿ وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن
شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ﴾ ]إبراهيم:7[
“ ketika Tuhan kalian menyerukan,
jika kalian bersyukur tentu aku akan menambahkannya dengan lebih banyak” (QS.
Ibrohim :7)
Yaitu tambahan kebaikan dalam
kepekaan dan mentalitas. Yang berarti juga bertambah keimanan dan amal
solehnya. Karena jika seorang hamba itu bersyukur kepada Tuhannya tentu ia akan
bertambah semangat dalam melaksanakan kebaikan dan ketaatan. Dan berusaha
sekuat mungkin dalam meninggalkan kemaksiatan. Karena syukur adalah
meninggalkan maksiat, begitulah ulama’ salaf bersikap.
Pembahasan ketiga : beribadahlah
kepada Allah hingga ajal menjemput !!
Sebagai seorang hamba, sudah
semestinya senantiasa taat kepada Allah azza wa jalla, tenang diatas aturan-aturannya
dan lurus menapaki agama-Nya. Tidak berjalan kesana kemari tanpa arah tujuan,
tidak beribadah kepada Allah di salah satu bulan namun tidak di bulan yang
lainnya, beribadah di suatu tempat namun tidak lagi di tempat yang lain,
beribadah ketika bersama dengan orang-orang namun tidak ketika bersama dengan
orang-orang yang lainnya. Tidakk!! Seribu kali tidak!
Karena sesungguhnya Tuhan
Bulan Ramadhan juga sama dengan bulan-bulan yang lainnya. Dia adalah Tuhannya
hari, Tuhan di segala waktu dan tempat. Maka dari itu beristiqomahlah (tetap
beribadah) kepada Allah hingga ajal menjemput kita sedangkan Dia ridho akan hal
itu. Allah ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ ﴾ ]هود :112 [
“Istiqomahlah, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan juga orang orang yang taubat bersamamu” (QS.
hud :112)
Dan juga :
قال الله تعالى: ﴿ فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ
إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ ﴾ ]فصلت :6 [
“Maka Istiqomahlah kepadaNya dan
mohonlah ampun kepadaNya” (QS. Fushilat: 6)
Rasulullah –sallalllahu
‘alaihi wasallam- juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( قل آمنت بالله ثم استقم )) [رواه مسلم].
“katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian
Istiqomahlah” (HR. Imam Muslim)
Jika memang puasa wajib telah
usai, bukankah masih ada puasa-puasa yang sunnah?? Semisal puasa enam hari
bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa Ayyaamul Bidh, puasa ‘Asyura’, puasa
‘Arofah dan sebagainya.
Jika shalat tarawih telah
selesai, bukankah masih ada shalat malam yang sangat lainnya?
قال الله تعالى: ﴿ كَانُواْ قَلِيلٗا
مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ ١٧﴾ ]الذاريات:17[
“ dan ketika malam hari, waktu tidur mereka sangatlah
sebentar” (QS. Adz-Dzariyaat: 17)
Dan jika tidak ada lagi zakat fitrah,
bukankah masih banyak pintu lain?. Disetiap bulan selalu terbuka pintu-pintu
sodaqoh, mendekatkan diri kepada Allah, jihad dan banyak lagi yang lainnya.
Sedangkan membaca Al-Qur’an dan
mendalaminya tidak khusus pada bulan Ramadhan saja, bahkan setiap saat
dianjurkan.
Begitulah seharusnya…beramal soleh
itu bisa kapan saja, setiap saat, setiap waktu, maka bersungguh-sungguh untuk
meraihnya wahai saudaraku. Dan janganlah kau pupuk kemalasan dan kelemahan
kalian. Meskipun kalian enggan melakukan ibadah-ibadah sunnah, akan tetapi
tidak boleh meninggalkan ibadah-ibadah wajib dan meremehkannya selamanya.
Seperti shalat lima waktu pada waktunya dengan berjamaah dan lainnya.
Namun jangan pula terjerumus dalam
keharaman, baik itu perkataan yang haram, makanan dan minuman haram, melihat
sesuatu yang diharamkan dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.
Maka
Allahlah naungan istiqomah kalian di dalam agama setiap saat. Malaikat maut
yang akan datang kepada kalian tidak pernah diketahui kapan waktunya.
Berhati-hatilah, jangan sampai kita menghadap-Nya sedangkan kita dalam keadaan bermaksiat.
Wahai dzat yang membolak-balikan
hati, tetapkanlah hati-hati kami dijalan agamamu
Pembahasan ke empat : Hari Raya Idul Fitri
Ada beberapa hal yang disyariatkan ketika hari raya idul
fitri, diantaranya adalah:
1.
Zakat Fitrah sebelum
Shalat ied, berupa 1 Sho’ gandum, kurma, kismis, beras dan makanan pokok
lainnya, baik itu tua ataupun muda, laki-laki, perempuan, budak ataupun orang
yang bebas asalkan mereka muslim.
2.
Makan beberapa korma atau satu korma sebelum
berangkat ke tempat shalat ied
3.
Shalat berjamaah, menyimak Khotbah, dan para
wanitapun ikut menyaksikannya.
4.
Jika memungkinkan hendaknya berjalan kaki
saja ketika menuju kelapangan sambil mengucap kalimat takbir, “Allahu akbar,
Allahu akbar, laa ilaaha illallahu, Allahu akbar, Allahu akbar wa lillahil
hamdu” untuk laki-laki hendaknya dikeraskan suaranya.
5.
Mandi dan memakai wangi-wangian buat yang
laki-laki, memakai pakaian yang paling bagus namun tidak berlebih-lebihan dan
tidak isbal (memakai pakaian yang menjulur hingga dibawah mata kaki), dan
tidak berhias diri dengan mencukur jenggot karena itu adalah haram hukumnya,
adapun bagi perempuan maka hendaknya tidak mempercantik diri yang berlebihan(
tabarrujj), tidak memakai wangi-wangian ketika hendak pergi ke tempat shalat,
karena sangatlah tidak pantas jika ketaatan kepada Allah harus dibarengi dengan
maksiat kepada Allah yaitu bertabarruj, memakai wangi-wangian dihadapan para
lelaki.
6.
Silaturrahmi, berkunjung kerumah kerabat,
menjernihkan hati dan membersihkannya kebencian, hasad, dan ketidaksukaan dan
semacamnya
7.
Menyantuni fakir miskin dan anak anak yatim,
bantulah mereka, sisihkan sebagian kebahagiaan yang kita miliki untuk mereka
8.
Boleh mengucapkan kalimat selamat hari raya
dengan ucapan “taqobballahu minna wa minka” sebagai mana ulama’ ulama’
terdahulu
9.
Jika telah usai hari raya maka segeralah
penuhi tanggungan puasa yang sempat absen dibulan puasa, atau segera lah
berpuasa syawal bagi yang tidak punya hutang puasa Ramadhan karena puasa
Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal seperti
berpuasa setahun penuh.
Dan yang terakhir..
Marilah, kita kembali
bersungguh-sungguh didalam mengamalkan kebaikan. Jadikan hari raya ini terisi
oleh perasaan takut dan berharap. Takut kalau saja amalan kita tidak diterima,
dan berharap semoga amalan kita diterima oleh Allah azza wa jalla. Jadikanlah
hari raya sebagai momentum untuk menyerahkan semuanya kepada Allah azza wa
jalla. Karena ada diantara kita yang beruntung namun ada pula yang tidak.
Wuhaib bin Ar-rod melewati suatu kaum
yang bermain dan bersenang-senang dihari raya, maka beliau berkata kepada
mereka: “sungguh mengherankan, jika memang ibadah kalian telah diterima oleh
Allah azza wa jalla apakah begini ungkapan orang-orang yang bersyukur?? apalagi
jika memang ibadah kalian tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, apakah
begini ungkapan orang-orang yang ketakutan??”.
Lalu bagaimana dengan zaman kita saat
ini yang segan lagi mengamalkan seuatu hal yang sia-sia dan menyimpang, bahkan
menantang Allah dengan bermaksiat dihari raya..??
Semoga
Allah menerima segala ibadahku dan ibadah kalian, puasa, shalat dan seluruh
amalan. Dan menjadikan hari raya ini, hari raya yang penuh kebahagiaan, dan
masih memberikan kesempatan lagi untuk berjumpa dengan Ramadhan dibanyak
kesempatan, dan kita telah menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya,
keadaan kita telah bertambah baik, pemimpin kita telah mulia, dan kembali ke
jelan Allah dengan sebenar-benarnya..
Amin ya Allah..