Minggu, 29 Juni 2014

Amalan Pasca Ramadhan


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dan cukuplah dengan itu, dan semoga Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada hamba-Nya yang terpilih.
Saudaraku yang tercinta..dan saudariku muslimah..
Marilah kita mengkaji kondisi kita setelah berlalunya bulan suci Ramadhan, dan marilah kita memohon kepada Nya agar bulan itu menjadi bulan yang bermanfaat bagi kita.

Pembahasan pertama: apa yang telah kita dapatkan selama berada dalam bulan suci Ramadhan??
Ramadhan yang penuh barokah telah berlalu, ia pergi bersama hari-harinya yang indah dan malam-malamnya yang semerbak. Kita telah berpisah dengan bulan Al-qur’an, bulan penuh ketaqwaan, bulan pengasah kesabaran, bulan jihad, bulan kasih sayang, bulan ampunan dan bulan keselamatan dari api neraka. Dan sudah sepatutnya jika perkara-perkara diatas itu harus diperhatikan, bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Karena setiap hari, setiap saat kita bisa mendapatkan kasih sayang Allah dan Ampunannya. Setiap saat, ketakwaan tetap bisa didapatkan dan berakhlaq dengan Al-qur’an. Akan tetapi pada bulan Ramadhan pahala menjadi berlipat ganda, kebaikan pun bertambah, dan ketaatan pun berkembang.
قال الله تعالى: ﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ ]القصص:67[
“dan Tuhanmulah yang menciptakan apapun yang Ia kehendaki dan memilihnya” (QS. Al-qoshosh :67)
Nah, apakah kita telah menyempurnakan ketaqwaan kita, dan kita berhasil belajar di bulan Ramadhan serta mendapat predikat sebagai orang yang bertakwa??
Apakah kita telah berhasil mendidik jiwa kita segala macam bentuk jihad?? Apakah kita telah berhasil menundukkan jiwa-jiwa kita, syahwat-syahwat kita dan memperoleh kemenangan? Ataukah justru sebaiknya kita telah dikalahkan oleh kebiasaan kita, atau taqlid yang buruk?? Dan apakah kita bersungguh-sungguh dalam beramal karena ingin mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah serta selamat dari api neraka??
Apakah...apakah..dan apakah??
Begitu banyak pertanyaan, begitu sarat pemikiran, mengetuk setiap hati seorang muslim yang tulus. Jiwanya bertanya dan menjawabnya dengan jujur dan jelas.
Lalu, Apakah yang telah kita dapatkan selama bulan Ramadhan??
Ramadhan adalah sebuah sarana belajar imaniyyah, ia adalah pemberhentian spiritual untuk menyongsong kembali tahun yang tersisa, dan mempertajam kembali cita-cita di usia yang masih tersisa.
Barangsiapa yang peka terhadap pelajaran yang ada, memperhatikan, dan mampu mengambil faedahnya, pasti bisa merubah dirinya dan merubah kehidupanmu, lalu siapa yang tidak melakukannya pada bulan Ramadhan??
Padahal bulan Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk perubahan, didalam bulan tersebut seharusnya kita bisa merubah tindak tanduk kita, perilaku kita, adat istiadat dan moral kita yang bertentangan dengan syariat Allah azza wa jalla.
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ  
 ] الرعد:11[
“Allah tidaklah merubah suatu kaum sehingga mereka mampu merubah diri mereka sendiri” (QS. Ar-ra’d: 11)
Pembahasan kedua : Janganlah menjadi seperti orang merusak hasil rajutannya sendiri!!!
Saudaraku yang tercinta dan saudariku muslimah..
Jika kalian termasuk orang yang bisa mengambil faedah selama bulan Ramadhan, sehingga mencapai predikat orang-orang yang bertakwa maka puasa kalian bagus, dan Shalat kalian benar-benar terjaga, dan kalian telah bersungguh-sungguh dalam memelihara jiwa kalian dibulan Ramadhan ini. Untuk itu bersukurlah Allah dengan memujinya, dan mohon agar tetap seperti itu hingga ajal menjemput.
Hati-hatilah dengan yang namanya “merusak kembali rajutan yang telah jadi”. Tidakkah kalian tahu jika seorang wanita itu merajut (menenun) benang sehingga menjadi gamis ataupun baju, hingga kemudian ia menjadi takjub setiap kali melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memotong sebagian benangnya, dan merusak rajutannya tersebut sedikit demi sedikit tanpa sebab.

Lalu apa pendapat orang terhadap orang yang begitu??
Demikianlah keadaan orang kembali kepada kemaksiatan, dosa dan pergaulan yang tidak sehat. Mereka tidak lagi mempedulikan ketaatan kepada Allah, mereka tidak lagi beramal yang sholeh setelah Ramadhan berlalu. Setelah merasakan kenikmatan taat, dan lezatnya mendekatkan diri kepada Allah ia terjerumus kembali kedalam lumpur dosa dalam lembah kemaksiatan. Maka amatlah buruk mereka yang hanya mengenal Allah ketika bulan Ramadhan saja.
Saudaraku yang tercinta, yang demikian itu tidak asing lagi bagi kebanyakan manusia, dibawah ini sebagian contoh kecil dari sekian banyak contoh yang ada:
1.       Kita melihat kebanyakan manusia sudah melalaikan kembali pentingnya shalat berjamaah meskipun baru hari pertama setelah hari raya, padahal sebelumnya mereka memadati masjid-masjid untuk shalat tarawih yang jelas-jelas shalat itu hukumnya sunnah. Sementara untuk shalat lima waktu yang wajib dan bahkan orang yang meninggalkannya dihukumi kafir masih jarang sekali peminatnya.
2.       Merayakan berlalunya bulan Ramadhan (ied) dengan musik-musik dan film, berdandan dan berhias, campur baur antar laki-laki dan perempuan bersama-sama pergi ke tempat-tempat hiburan dan taman, penyelewengan dan seterusnya..
3.       Sebagian yang lain mereka pergi keluar negeri dengan tujuan untuk bermaksiat kepada Allah. Sendiri ataupun beramai-ramai, mereka berbondong-bondong menyerbu konter-konter pelayanan untuk membeli tiket ke negara-negara kafir, yang bejat dan rusak dan sebagainya. Apakah ini yang dinamakan mensyukuri nikmat??
Beginikah caranya mengakhiri bulan yang mulia ini dan mensyukuri berlalunya puasa dan shalat tarawih?? Apakah begini ciri-cirinya orang yang ibadahnya di bulan Ramadhan itu diterima?? Justru sebaliknya, hal itu justru menjerumuskan dalam ingkar nikmat serta tidak mensyukurinya.
Begitulah kiranya, jika ibadah mereka dibulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, semoga Allah menghindarkan kita dari hal itu. karena jika mereka adalah seorang yang berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa, mereka bergembira dengan datangnya hari raya idul fitri, mereka menuji dan bersyukur kepada Allah atas paripurnanya puasa. Disamping itu juga mereka sedih dan menangis karena takut jikalau puasa mereka tidak diterima. Sebagaimana yang dulu pernah dilakukan oleh ulama’ salaf, mereka menangisi bulan Ramadhan selama enam bulan setelahnya, dan memohon supaya amalannya diterima.
Dan termasuk tanda jika amalan selama bulan puasa itu diterima adalah perubahan yang terlihat, yaitu menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Serta semakin bersemangat dalam ketaatan kepada Allah azza wa jalla. Sebagaimana ayat Allah:
قال الله تعالى: ﴿  وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ﴾ ]إبراهيم:7[
“ ketika Tuhan kalian menyerukan, jika kalian bersyukur tentu aku akan menambahkannya dengan lebih banyak” (QS. Ibrohim :7)
Yaitu tambahan kebaikan dalam kepekaan dan mentalitas. Yang berarti juga bertambah keimanan dan amal solehnya. Karena jika seorang hamba itu bersyukur kepada Tuhannya tentu ia akan bertambah semangat dalam melaksanakan kebaikan dan ketaatan. Dan berusaha sekuat mungkin dalam meninggalkan kemaksiatan. Karena syukur adalah meninggalkan maksiat, begitulah ulama’ salaf bersikap.
Pembahasan ketiga : beribadahlah kepada Allah hingga ajal menjemput !!
Sebagai seorang hamba, sudah semestinya senantiasa taat kepada Allah azza wa jalla, tenang diatas aturan-aturannya dan lurus menapaki agama-Nya. Tidak berjalan kesana kemari tanpa arah tujuan, tidak beribadah kepada Allah di salah satu bulan namun tidak di bulan yang lainnya, beribadah di suatu tempat namun tidak lagi di tempat yang lain, beribadah ketika bersama dengan orang-orang namun tidak ketika bersama dengan orang-orang yang lainnya. Tidakk!! Seribu kali tidak!
Karena sesungguhnya Tuhan Bulan Ramadhan juga sama dengan bulan-bulan yang lainnya. Dia adalah Tuhannya hari, Tuhan di segala waktu dan tempat. Maka dari itu beristiqomahlah (tetap beribadah) kepada Allah hingga ajal menjemput kita sedangkan Dia ridho akan hal itu. Allah ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿  فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ ]هود :112 [
“Istiqomahlah, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang orang yang taubat bersamamu” (QS. hud :112)
Dan juga :
قال الله تعالى: ﴿ فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ ]فصلت :6 [
“Maka Istiqomahlah kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya” (QS. Fushilat: 6)
Rasulullah –sallalllahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( قل آمنت بالله ثم استقم )) [رواه مسلم].  
 “katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian Istiqomahlah” (HR. Imam Muslim)
Jika memang puasa wajib telah usai, bukankah masih ada puasa-puasa yang sunnah?? Semisal puasa enam hari bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa Ayyaamul Bidh, puasa ‘Asyura’, puasa ‘Arofah dan sebagainya.
Jika shalat tarawih telah selesai, bukankah masih ada shalat malam yang sangat lainnya?
قال الله تعالى: ﴿ كَانُواْ قَلِيلٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ ١٧]الذاريات:17[
“ dan ketika malam hari, waktu tidur mereka sangatlah sebentar” (QS. Adz-Dzariyaat: 17)
Dan jika tidak ada lagi zakat fitrah, bukankah masih banyak pintu lain?. Disetiap bulan selalu terbuka pintu-pintu sodaqoh, mendekatkan diri kepada Allah, jihad dan banyak lagi yang lainnya.
Sedangkan membaca Al-Qur’an dan mendalaminya tidak khusus pada bulan Ramadhan saja, bahkan setiap saat dianjurkan.
Begitulah seharusnya…beramal soleh itu bisa kapan saja, setiap saat, setiap waktu, maka bersungguh-sungguh untuk meraihnya wahai saudaraku. Dan janganlah kau pupuk kemalasan dan kelemahan kalian. Meskipun kalian enggan melakukan ibadah-ibadah sunnah, akan tetapi tidak boleh meninggalkan ibadah-ibadah wajib dan meremehkannya selamanya. Seperti shalat lima waktu pada waktunya dengan berjamaah dan lainnya.
Namun jangan pula terjerumus dalam keharaman, baik itu perkataan yang haram, makanan dan minuman haram, melihat sesuatu yang diharamkan dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.
Maka Allahlah naungan istiqomah kalian di dalam agama setiap saat. Malaikat maut yang akan datang kepada kalian tidak pernah diketahui kapan waktunya. Berhati-hatilah, jangan sampai kita menghadap-Nya sedangkan kita dalam keadaan bermaksiat.
Wahai dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati-hati kami dijalan agamamu

Pembahasan ke empat : Hari Raya Idul Fitri
Ada beberapa hal yang disyariatkan ketika hari raya idul fitri, diantaranya adalah:
1.       Zakat Fitrah sebelum Shalat ied, berupa 1 Sho’ gandum, kurma, kismis, beras dan makanan pokok lainnya, baik itu tua ataupun muda, laki-laki, perempuan, budak ataupun orang yang bebas asalkan mereka muslim.
2.       Makan beberapa korma atau satu korma sebelum berangkat ke tempat shalat ied
3.       Shalat berjamaah, menyimak Khotbah, dan para wanitapun ikut menyaksikannya.
4.       Jika memungkinkan hendaknya berjalan kaki saja ketika menuju kelapangan sambil mengucap kalimat takbir, “Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu, Allahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamdu” untuk laki-laki hendaknya dikeraskan suaranya.
5.       Mandi dan memakai wangi-wangian buat yang laki-laki, memakai pakaian yang paling bagus namun tidak berlebih-lebihan dan tidak isbal (memakai pakaian yang menjulur hingga dibawah mata kaki), dan tidak berhias diri dengan mencukur jenggot karena itu adalah haram hukumnya, adapun bagi perempuan maka hendaknya tidak mempercantik diri yang berlebihan( tabarrujj), tidak memakai wangi-wangian ketika hendak pergi ke tempat shalat, karena sangatlah tidak pantas jika ketaatan kepada Allah harus dibarengi dengan maksiat kepada Allah yaitu bertabarruj, memakai wangi-wangian dihadapan para lelaki.
6.       Silaturrahmi, berkunjung kerumah kerabat, menjernihkan hati dan membersihkannya kebencian, hasad, dan ketidaksukaan dan semacamnya
7.       Menyantuni fakir miskin dan anak anak yatim, bantulah mereka, sisihkan sebagian kebahagiaan yang kita miliki untuk mereka
8.       Boleh mengucapkan kalimat selamat hari raya dengan ucapan “taqobballahu minna wa minka” sebagai mana ulama’ ulama’ terdahulu
9.       Jika telah usai hari raya maka segeralah penuhi tanggungan puasa yang sempat absen dibulan puasa, atau segera lah berpuasa syawal bagi yang tidak punya hutang puasa Ramadhan karena puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal seperti berpuasa setahun penuh.
Dan yang terakhir..
Marilah, kita kembali bersungguh-sungguh didalam mengamalkan kebaikan. Jadikan hari raya ini terisi oleh perasaan takut dan berharap. Takut kalau saja amalan kita tidak diterima, dan berharap semoga amalan kita diterima oleh Allah azza wa jalla. Jadikanlah hari raya sebagai momentum untuk menyerahkan semuanya kepada Allah azza wa jalla. Karena ada diantara kita yang beruntung namun ada pula yang tidak.
Wuhaib bin Ar-rod melewati suatu kaum yang bermain dan bersenang-senang dihari raya, maka beliau berkata kepada mereka: “sungguh mengherankan, jika memang ibadah kalian telah diterima oleh Allah azza wa jalla apakah begini ungkapan orang-orang yang bersyukur?? apalagi jika memang ibadah kalian tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, apakah begini ungkapan orang-orang yang ketakutan??”.
Lalu bagaimana dengan zaman kita saat ini yang segan lagi mengamalkan seuatu hal yang sia-sia dan menyimpang, bahkan menantang Allah dengan bermaksiat dihari raya..??
Semoga Allah menerima segala ibadahku dan ibadah kalian, puasa, shalat dan seluruh amalan. Dan menjadikan hari raya ini, hari raya yang penuh kebahagiaan, dan masih memberikan kesempatan lagi untuk berjumpa dengan Ramadhan dibanyak kesempatan, dan kita telah menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya, keadaan kita telah bertambah baik, pemimpin kita telah mulia, dan kembali ke jelan Allah dengan sebenar-benarnya..
Amin ya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar