Makalah
ini tidak menguraikan bagaimana metoda belajar kreatif yang asyik dan
bermakna secara detail. Di sini diuraikan prinsip fungsi otak dalam abad
neurosains yang menjadi sumber ditemukannya metoda cara baca cepat, quantum learning, quantum teaching atau revolution learning. Selanjutnya dapat disaksikan pada penjelasan dengan LCD/OHP.
Alasan Perlunya Metoda Baru
Para ahli psikologi belajar berpendapat bahwa:
a) Manusia sekarang penuh dengan persoalan kompleksitas, sehingga tantangannya berkembang
cepat serta semakin rumit teapi pada saat yang bersamaan kebutuhan
untuk hidup bahagia lebih sulit diperoleh, bahkan oleh anak-anak
sekalipun. Oleh karena itu, jaman ini diperlukan manusia dengan
persiapan lebih kompleks tetapi perlu didasari masa kecil yang bahagia,
sebelum mereka terjebak oleh penderitaan jaman.
b) Ditemukannya
pengetahuan tentang peta otak manusia lebih intensif sebagaimana
dinyatakan oleh ilmuwan Amerika bahwa abad ini adalah abad neurosciens, bahkan penelitian otak dua dasawarsa terakhir telah menjungkirbalikkan berbagai teori tentang otak. Sejak
Daniel Goleman (1996) meluncurkan tema kecerdasan emosional, kesadaran
orang semakin besar akan pentingnya asah emosi, belum lagi reda semburan
ide tentang kecerdasan spiritual oleh Danar Zohar dan Ian Marshal
(2002) semakin menjadikan manusia modern merasa perlu untuk mengenali
struktur biologis otaknya. Apalagi setelah Amerika menyatakan bahwa
dekade 1990-2000 adalah termasuk brain era, maka berbagai penelitian tentang strutjtur dan fungsi otak hampir menyamai penelitian tentang kosmologi.
Misteri kosmologi hingga kini belum juga terpecahkan, apalagi setelah
pesawat Columbia, Chalanger meledak berturut-turut. Rupanya alam
kosmologi manusia tengah mengalami penelusuran, dan jejak-jejaknya
ditelusuri melalui pemetaan otak yang semakin computerized dengan paduan neurosains modern.
c)
Salah satu tema terpenting dari neurosains akhir-akhir ini adalah
adanya noktah yang menjadi lahan subur “rasa ber-Tuhan” yang diberi nama
“god spot”. “Kehadiran” Tuhan di otak merupakan suatu hal yang menarik.
Bukan saja karena otak adalah CPU (Central Processing Unit)-nya
manusia, melainkan juga karena isi dan fungsi otak merupakan pembentuk
sejarah hidup pemiliknya maupun sejarah
kehidupan itu sediri. Banyak sekali kemampuan yang dinisbahkan kepada
otak melebihi yang diberikan pada jantung atau ginjal.
Era Fungsi Neurosains
Ada
tiga fungsi yang diperankan oleh otak dan membuatnya berbeda dengan
yang lain: (1) fungsi emosi, (2) fungsi rasional – eksploratif atau
fungsi kognisi, dan (3) fungsi refleksi.
Fungsi emosi
Fungsi yang pertama ditunjukkan oleh beragam penemuan tetang emotional intelligence (EQ), termasuk penemuan faktor – faktor biologis yang mempengaruhi terjadinya penyakit jiwa; antara lain penemuan psikoneuroimunologi dan
pentingnya “keyakinan” dalam menciptakan kodisi biologis tubuh yang
baik. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa “keyakinan” dapat menjadi
salah satu terapi penting dalam meciptakan kodisi tubuh yang seimbang.
“Keyakinan untuk sembuh adalah metode penyembuhan itu sendiri”.
Keyakinan berhubungan secara timbal balik dengan metabolisme tubuh.
Dengan kata lain, optimisme dan positive thinking memberi
pengaruh menguntungkan dalam kodisi biologis manusia. Sistem limbik dan
amigdala yang terletak di daerah tengah otak merupakan dua komponen yang
berperan penting.
Hal
yang penting dari fungsi emosional otak adalah munculnya rasa bahagia,
senang, gembira dalam setting sosial dan lingkungan. Tanpa kecerdasan
yang satu ini manusia tidak akan pernah menjadi manusia sosial yang
hidup dengan snejata emosionalnya.
Berdasarkan penelitian para neurosains, fungsi emosional lebih dahulu berkembang daripada fungsi rasional. Oleh karenanya perkembangannya menjadi penting.
Fungsi kognisi
Fungsi kedua ditunjukkan
oleh semaraknya penemuan dalam bidang keilmuan yang membuahkan
teknologi, dari yang sederhana sampai yang tercanggih. Apa yang disebut
Thomas Kuhn (1984) sebagai revolusi paradigma, sesungguhnya adalah
aktualisasi dari fungsi eksploratif tersebut. Fungsi rasional –
eksploratif sari otak digambarkan secara jelas dan tegas dalam makna
harfiah kata berfikir. Kata fikir (dalam bahasa indonesia) itu diambil
dari kata fikr yang diubah dari bentuk awal fark. Kata fark
itu sediri bermakna, antara lain: (1) mengorek sehingga apa yang
dikorek itu muncul, (2) menumbuk sampai hancur, (3) menyikat (pakaian)
sehingga kotorannya hilang, dan (4) menggosok hingga bersih. Dari
keempat makna yang ditunjukkan oleh kata fark, tampak bahwa
berpikir itu menunjukkanpada usaha tak kenal lelah dan keras untuk
“menyingkap “, “membuka “ atau “mengeksplorasi” setiap
objek yang ada sehingga objek itu dapat dipahami dan ditangkap secara
jelas. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh Democritus dengn teori
atom, Nicolaus Copernicus dengan teori heliosentris, Albert Einstein
dengan teori relativitas, Rutherford dengan teori proton, Abdussalam
dengan teori gabungan gaya elektromagnetik – gaya lemah, Edward Jenner
dengan teori vaksinasi, Robert Koch dengan teori linguistik, Sigmund
Freud dengan teori psikoanalisis, adalah kegiatan berpikir untuk dapat
menyingkap segala sesuatu tentang objek yang ada di alam semesta. Kulit otak merupakan komponen utama untuk fungsi ini.
Fungsi spiritual
Fungsi
ketiga mencangkup hal – hal yang bersifat supranatural dan religius,
yang menurut beberapa penelitian “bersumber” dari dalam otak manusia.
Kerangka orientasi (seperti agama),
sebagaimana ditegaskan oleh Erich Fromm (1994) yang “bersumber” dalam
kulit otak (korteks serebri) manusia adalah contoh fungsi refleksi.
Fungsi
ini hendak menegaskan bahwa “keberadaan Tuhan“ adalah sesuatu yang
sesungguhnya tidak perlu dipermasalahkan. “Keberadaan Tuhan” sedikitnya,
ditampakkan dalam kesempurnaan jalinan dan
jaringan saraf manusia. Pernyataan ini tidak berarti bahwa “Tuhan” itu
direduksi sampai bentuk seluler persarafan manusia atau tingkat
terrendah dalam wujud materi sebagaimana diyakini
oleh para materialis. Makna “kehadiran Tuhan“ berhubungan erat dengan
adanya kesempurnaan tubuh fisik manusia. Kesempurnaan tubuh fisik
manusia, antara lain, ditunjukkan oleh adanya setruktur tubuh yang
efektif dan fungsional dalam menjamin fungsi – fungsi kehidupan yang
penting. Posisi tegak, sistem lokomotorik, dan panca indra adalah tiga
contoh kesempurnaan itu.
Zohar dan Marshall memberikan gambaran bagaimana tanda-tanda orang yang memiliki SQ tinggi, yaitu :
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2. Tingkat kesadaran yang tinggi
3. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa takut
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik)
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya: “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang mendasar
9. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggungjawab
Ada dua hal yang diangap penting oleh Danar Zohar dan Marshal, yakni aspek nilai dan makna sebagai unsur penting dari kecerdasan spiritual, sebagai misal yang dapat dicatat:
· “SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai”.
· ‘SQ adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya
· “Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain
·
“Kecerdasan ini tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada,
tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Bagaimana Belajar?
Pada
dasarnya anak-anak dapat belajar dengan metoda apa saja. Metoda akan
efektif selama ia sesuai dengan fungsi dasar otak: emosional, rasional
dan spiritual. Ketiga aspek ini perlu dirangsang sejak dini dengan
prinsip seimbang, mudah dan mungkin. Setiap fungsi otak memiliki
karakteristik tersendiri seperti otak emosional
perlu belajar dengan metoda yang membahagiakan karena ia otak primitif
yang bersifat hedonis. Otak rasional bersifat kreatif, imajinatif dan
logis. Otak spiritual perlu dirangsang dengan hal-hal yang bersifat
memberi makna dan nilai.
Bagaimanakah merancang metoda yang tepat?
Semua
metode belum tentu tepat untuk semua anak, dan tidak semua guru dapat
menjalankan metoda yang sama dengan kualitas yang sama. Oleh karena itu
metoda merupakan hasil dari kematangan belajar sang guru terhadap
dirinya sendiri. Metoda yang tepat adalah mencerdaskan diri pendidik,
sehingga selalu terjadi proses kreativitas guru yang dapat menstimulasi
peserta didik. Proses yang tepat adalah belajar
dari prinsip-prinsip pembelajaran yang berbasis neurosains mutakhir
dengan terus meyakini ada sisi gelap “penciptaan” yang dimensinya
adalah kekuatan do’a dan raihan hidayah.
Lebih jauh karena keterbatasan ruang, dapat dilihat pada tayangan OHP/LCD.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disarikan dalam tabel berikut:
Fungsi
|
Emosional
|
Rasional
|
Spiritual
|
Ciri umum
|
Cerdas secara emosi, mampu mandiri, komunikasi, memimpin, adaptasi, humoris, dan membangun relasi
|
Cerdas secara intelektual: pandai dalam merumuskan, menganalisa, memutuskan dengan pendekatan kuantitatif dan logis
|
Cerdas
secara nurani: mampu memberi makna, transendensi diri, mengambil hikmah,
keshalehan, bermoral dan mengatasi kesulitan dengan para logis dan
metafisik.
|
Daftar Pustaka
Dryden Gordon, Vos Jeannette, 1999, The Learning Revolution: To Change the way the world Learns. New Zealand: The Learning web
Goleman, Daniel, 1996, Emotional Intelligence, Jakarta:Gramedia.
Pasiak, Taufik, 2002, Revolusi IQ, EQ, SQ antara Neurosains dan Al Quran, Bandung: Mizan
Tasmara, Toto, (2001) “Kecerdasan Ruhaniyah” (Transcendental Intelligence), Gema Insani Press, Jakarta.
Zohar, Danah dan Ian Marshall, 2000, SQ: Spiritual Quotient, The Ultimate Intelligence, London. (Edisi Indonesia diterjemahakan oleh Rahmani Astuti dkk, Mizan, Bandung)
amaduq01.files.wordpress.com/2008/04/belajar-kreatif2.doc