Hadis yang menurut al-Albani bersanad
sahih di atas menjelaskan aktivitas para pemuda pada zaman Nabi SAW. Seperti
diceritakan Jundub bin Abdullah, mereka menempa diri dengan memantapkan iman dan cahaya al-Qur’an.
Rasulullah SAW sendiri sering
memberikan arahan dan nasehat kepada para pemuda, seperti nasehat beliau kepada
Abdullah bin Abbas: “Wahai anakku, jagalah Allah maka Dia pasti akan
menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemukan-Nya di hadapanmu. Jika
kamu meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan,
maka memohonlah kepada Allah. Seandainya semua umat bersatu untuk memberimu
suatu manfaat, mereka tidak akan mampu kecuali sudah ditentukan Allah. Dan
seandainya semua umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak akan mampu
kecuali yang telah Allah tetapkan Allah. Pena (pencatat taqdir) telah diangkat
dan lembaran-lembaran (catatan taqdir) telah mengering.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Di sini Rasulullah SAW membuka
pintu kesuksesan hidup di hadapan para pemuda, dengan menanamkan keyakinan
dan keimanan yang kokoh sebagai penggerak kehidupan dan semangat perjuangan
untuk hidup. Sehingga pemuda dapat
menghadapi semua rintangan dalam kehidupan nyata. Dari sini pula dapat dilihat,
bagaimana Rasulullah SAW mempersiapkan pemuda-pemuda unggul di masanya.
Pemuda-pemuda yang dibekali dengan keimanan yang kuat, pemahaman dan pengamalan
al-Qur’an, serta petunjuk sunnah Nabi. Pemuda-pemuda inilah yang kelak dicatat
sejarah sebagai pemuda-pemuda unggul berprestasi memajukan agama, umat dan
negara.
Pemuda dan kesempatan emas
Rasulullah SAW senantiasa
mengingatkan umatnya akan pentingnya masa muda untuk digunakan dengan
sebaik-baiknya. Sebab, masa muda adalah masa keemasan. Masa muda penuh dengan
asa dan harapan. Maka ketika seorang manusia dapat menggunakan masa mudanya
dengan amal saleh yang merupakan prestasi hidup, maka ia akan mendapatkan
ganjaran yang sangat mulia di sisi Allah.
Dalam sebuah hadis sahih,
Rasulullah menyampaikan kepada umatnya bahwa pada hari kiamat kelak ada tujuh
golongan manusia yang mendapatkan perlindungan dari Allah, salah satunya adalah
pemuda yang tumbuh suka beribadah kepada Allah. (HR Bukhari dan Muslim). Hal
ini tentu menjadi tolok ukur bahwa ketakwaan seorang pemuda sangat dicintai
Allah. Karena di saat ia memiliki kesempatan emas dan kekuatan prima yang bisa
ia lakukan untuk hal apa saja yang disukainya, ternyata tidak membuatnya
terbuai, melainkan mengarahkan
kesempatan dan kekuatan yang dimiliki untuk beribadah kepada Allah. Kisah Ashabul
Kahfi yang diabadikan dalam al-Qur’an, adalah sekelompok pemuda beriman
yang gigih melawan kelaliman penguasa, rela meninggalkan kesempatan
bersenang-senang dan berfoya-foya hanya demi mempertahankan keimanan dan
kebenaran.
Banyak sekali pemuda di kalangan
sahabat Rasulullah SAW yang menghabiskan
waktunya untuk belajar dan beribadah. Seperti Ashhabus Shuffah, yang
dikepalai Abu Hurairah. Mereka adalah sekelompok pemuda yang memanfaatkan waktu
emasnya untuk belajar dan beribadah. Maka tidak mengherankan bila para
penghafal hadis Nabi SAW dengan hafalan terbanyak, ternyata dari kalangan para
pemuda. Sebut saja, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Aisyah binti Abu Bakar, Jabir bin
Abdullah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik (lihat, Muqaddimah Ibnu Shalah).
Suatu hal yang menakjubkan
tentang keadaan pemuda saat itu. Ibnu Umar, misalnya, pernah diriwayatkan
bahwa ia sering tidur di masjid agar senantiasa dapat beribadah. (HR Bukhari).
Bahkan para ulama menyebutkan istilah al-`Abadilah al-Arba’ah (empat
orang bernama Abdullah) yang menjadi fuqaha sahabat. Mereka adalah Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Amr bin Ash, Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Abbas,
merupakan tokoh pemuda di masanya.
Banyak sekali hadis-hadis
Rasulullah SAW yang mengajarkan umatnya untuk menggunakan kesempatan masa muda
untuk beramal saleh. Seperti yang dijelaskan dalam hadis sahih yang masyhur:
“Gunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: gunakanlah olehmu
kesempatan masa muda sebelum datang kesempitan masa tua…” (HR Hakim dalam al-Mustadrak
dan disahihkan oleh Dzahabi).
Dalam hadis ini Nabi SAW
menyebutkan masa muda di awal, sebagai tanda bahwa masa muda adalah masa
keemasan yang tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia. Dalam satu pepatah
dikatakan: “Inna syababa wal-faragha wal-jidata mafsadatun lil-mar’i ayya
mafsadah,” yang berarti, sesungguhnya masa muda, waktu kosong dan kekayaan
adalah sumber kerusakan bagi seseorang (yang tidak memanfaatkannya dengan
baik).
Pemuda dan kekuatan prima
Masa muda merupakan masa kekuatan
prima seseorang. Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, dan terjadi peperangan
Yamamah, memerangi kaum murtad pengikut Musailamah al-Kadzdzab, banyak para qurra
dan huffadz al-Qur’an gugur sebagai syuhada. Maka Umar bin Khattab
mengusulkan untuk membukukan al-Qur’an. Kemudian dibentuklah tim kodifikasi
al-Qur’an. Seorang pemuda bernama Zaid bin Tsabit ditunjuk sebagai ketua tim.
Ketika itu Khalifah Abu Bakar berkata kepadanya: “Kamu adalah pemuda yang
cerdas, kami tidak pernah menuduh apapun kepadamu (berkelakuan baik), sedangkan
engkau sering menuliskan wahyu (al-Qur’an) yang diterima Rasulullah SAW,
tuturkan ayat-ayat al-Qur’an itu (dari catatan dan hafalan) kemudian
kumpulkanlah.” (Bukhari-Muslim).
Atas usahanya ini maka
terwujudlah mushaf al-Qur’an pada saat itu, meski dengan rasm beragam.
Namun usaha itu mencerminkan kecerdasan, ketelitian dan ketakwaan kepada Allah
dari seorang pemuda yang peduli dengan agamanya.
Nabi SAW sering mengamanatkan
para pemuda unggul dari para sahabat untuk menjadi panglima perang. Sebut saja,
Ali bin Abu Thalib, Khalid bin Walid, Usamah bin Zaid. Dan ternyata, pasukan
berani mati yang senantiasa hadir dalam peperangan pada masa Nabi dan Khulafa
Rasyidin adalah para pemuda shaleh yang
memiliki keimanan kuat yang terpatri dalam hati mereka.
Sejarah telah mencatat kisah
heroik mereka, seperti sebuah peristiwa dalam perang Yarmuk pada masa Khalifah
Abu Bakar, saat melawan tentara Romawi yang berjumlah lebih banyak dengan
peralatan perang lebih canggih. Usai perang—dengan kemenangan kaum Muslimin--
didapat sekelompok pemuda terkapar bersimbah darah, di antaranya Ikrimah bin
Abu Jahal dengan luka 70 sabetan senjata tajam. Dalam keadaan terkapar didera
rasa haus yang sangat, ketika akan diberikan air, ternyata di sebelahnya ada
pemuda-pemuda lain terkapar yang mengalami kehausan yang sama, maka akhirnya
Ikrimah menolak untuk meminum lebih dahulu, dan memberikannya kepada yang lain.
Dan Pemuda yang di sebelahnya pun
menolak untuk meminum lebih dahulu dan menyerahkannya kepada pemuda lain yang terkapar,
begitulah seterusnya, sehingga sekelopok pemuda ini gugur sebagai syahid,
termasuk Ikrimah, karena mengedepankan kepentingan saudara seiman dibandingkan
kepentingannya sendiri.
Itulah pemuda-pemuda tangguh,
tidak cengeng ketika menghadapi masalah sebesar apa pun. Kekuatan prima yang
mereka miliki digunakan sebaik-baiknya untuk membela agama bangsa, dan negara,
meski harus dibayar dengan nyawa sekalipun.
Pemuda sebagai agen perubahan sosial
Pemuda, dengan kesempatan emas
dan kekuatan prima yang dimilikinya, dapat melakukan perubahan sosial dalam
hidupnya. Sejarah telah mencatat bahwa perubahan sosial terjadi karena faktor pemuda sebagai agen
perubahannya. Ketika Nabi SAW diutus menjadi nabi, beliau berumur 40 tahun,
usia yang sangat belia.
Lihat juga perjuangan Nabi
Ibrahim AS menghancurkan berhala. Juga kisah putranya, Nabi Ismail AS ketika
akan disembelih oleh ayahandanya karena perintah Allah, ia patuh dan pasrah
atas perintah Allah tersebut, dan meyakinkan ayahnya untuk melakukannya tanpa
keraguan. Hal ini tergambar dalam ucapannya: “Ayahanda, lakukanlah apa yang
telah diperintahkan Allah, insya Allah engkau akan mendapatkan aku termasuk
orang-orang yang sabar.” (QS ash-Shaffat:102)
Ketika Nabi berdakwah menyerukan
agama Islam kepada kaum Quraisy, ternyata banyak pemuda yang memenuhi panggilan
dakwahnya. Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin `Auf, adalah di
antaranya. Mereka adalah tokoh-tokoh pemuda yang luar biasa, menjadi pemimpin
umat pada masanya.
Dalam konteks Indonesia, Gerakan
Pemuda Nusantara tahun 1928, yang melahirkan sumpah pemuda merupakan contoh
nyata peran pemuda dalam kemerdekaan. Sehingga tanggal 20 Mei, yang merupakan
hari lahirnya gerakan pemuda Budi Utomo, ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional. Karena kebangkitan pemuda shaleh dan unggul akan menjayakan agama,
nusa dan bangsa. Wallahu a’lam bish-Shawab.