Senin, 05 Mei 2014

Pentingnya Sebuah Kebaikan

Semua pendidik selalu menasihati santri-santrinya untuk tidak bosan-bosan menjadi orang baik. Karena seseorang yang menghiasi pribadinya dengan kebaikan-kebaikan, akan selalu mendapatkan kehormatan sebagai imbalan atas perbuatannya. Kebaikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah sedekah yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri.
Tidak hanya itu, kita juga diperintahkan untuk me­nyampaikan kebaikan dan menjauhkan keburukan dalam setiap aspek kehidupanbaik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Tindakan ini merupakan upaya untuk menjauhkan manusia dari penderitaan yang pasti akan mereka temui apabila mendekati keburukan.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda, Setiap tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaannya ke atasnya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang kau ayunkan ke masjid adalah sedekah, dan menyingkirkan aral di jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah sekali-kali tidak pernah memandang remeh kebaikan yang telah dikerjakan hamba-Nya. Semua pasti mendapatkan imbalannya masing-masing. Allah SWT berfirman, “Siapa yang berbuat baik walau sebesar zarrah kebaikan, ia pasti melihat ganjarannya. Siapa yang berbuat kejahatan walaupun sebesar zarrah juga pasti akan melihat balasannya.” (QS. al-Zalzalah: 7-8)
Di dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah sedikit pun tidak menzalimi hamba-Nya walaupun sebesar zarah. Bahkan, kalau ada kebaikan yang dilakukan seorang hamba, maka Allah akan menggandakan balasan-Nya. Bahkan, Allah SWT juga akan menganugerahkan kepadanya dengan pahala yang sangat banyak.
Menurut Dr. Lynn Alden dari University of British Columbia, kebaikan yang dilakukan kepada orang lain ternyata bermanfaat untuk menyembuhkan depresi, rasa takut, dan kekhawatiran. Dia meneliti beberapa responden yang diminta untuk melakukan beberapa tindakan kebaikan dua hari dalam seminggu, selama empat minggu berturut-turut.
Ada yang memberi hadiah kecil kepada kerabat dekat, menjemput teman dari tempat bekerja, mengunjungi orang sakit, mengunjungi panti asuhan, memberi makan kepada para tunawisma, atau sekadar berterima kasih kepada sopir bus.
Meski hanya perkara kecil, namun dampaknya terbukti luar biasa. Mereka yang gemar melakukan kebaikan ditengarai memiliki tingkat stres dan depresi yang lebih rendah. Bahkan, mereka bisa mengatasi depresi, rasa takut, dan kekhawatiran. Dan ini berlaku secara universal.
Seseorang yang banyak berbuat baik, secara otomatis lingkungan sekitar akan memberikan penghormatan yang lebih daripada orang yang tidak pernah melakukan kebaikan. Jika seseorang melakukan kebaikan kepada tetangganya, secara tidak langsung akan terjalin hubungan yang harmonis sehingga hidup pun menjadi tenteram.
Jauh sebelum itu, Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga, dan perbuatan baik itu dikaitkan langsung dengan kalimat iman kepada Allah dan Hari Akhir. Ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah kebaikan. Ada banyak teladan yang telah diberikan Rasulullah.
Syahdan, setiap kali pergi ke Masjid, ada seorang kafir Qurash yang selalu meludahi atau melempari Rasulullah SAW dengan kotoran. Namun, beliau membalas perbuatan itu dengan kebaikan. Suatu ketika, orang yang meludahi dan melempari kotoran itu jatuh sakit. Beliau justru menjadi orang pertama yang menjenguknya. Setelah itu, ia pun mengucapkan dua syahadat.
Konon, ada seorang ulama yang kebetulan bertetangga dengan seorang yang beragama Nasrani. Karena kebaikannya, si tetangga itu akhirnya memeluk agama Islam. Inilah sebenarnya metode dakwah yang paling efektif daripada menggembor-gemborkan kebaik­an, tetapi minim aksi dan nihil teladan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar