Tidak hanya itu,
kita
juga
diperintahkan
untuk
menyampaikan kebaikan dan menjauhkan keburukan dalam setiap aspek kehidupan—baik
dalam
bentuk
perkataan
maupun
perbuatan. Tindakan ini merupakan upaya untuk menjauhkan manusia dari penderitaan yang pasti akan mereka temui apabila mendekati keburukan.
Dari Abu Hurairah ra.
berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaannya ke atasnya merupakan sedekah,
kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang kau ayunkan ke masjid adalah sedekah, dan menyingkirkan aral di jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah sekali-kali
tidak
pernah
memandang
remeh
kebaikan
yang
telah
dikerjakan
hamba-Nya.
Semua
pasti
mendapatkan
imbalannya
masing-masing.
Allah
SWT
berfirman, “Siapa yang berbuat baik walau sebesar zarrah kebaikan, ia pasti melihat ganjarannya. Siapa yang berbuat kejahatan walaupun sebesar zarrah juga pasti akan melihat balasannya.” (QS.
al-Zalzalah:
7-8)
Di dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah sedikit pun tidak menzalimi hamba-Nya
walaupun
sebesar
zarah. Bahkan,
kalau
ada
kebaikan
yang
dilakukan
seorang
hamba, maka Allah akan menggandakan balasan-Nya. Bahkan,
Allah
SWT
juga
akan
menganugerahkan
kepadanya
dengan
pahala
yang
sangat
banyak.
Menurut Dr.
Lynn
Alden
dari
University
of
British
Columbia, kebaikan yang dilakukan kepada orang lain ternyata bermanfaat untuk menyembuhkan depresi,
rasa
takut, dan kekhawatiran.
Dia
meneliti
beberapa
responden
yang
diminta
untuk
melakukan
beberapa
tindakan
kebaikan
dua
hari
dalam
seminggu, selama empat minggu berturut-turut.
Ada yang memberi hadiah kecil kepada kerabat dekat,
menjemput
teman
dari
tempat
bekerja, mengunjungi orang sakit,
mengunjungi
panti
asuhan, memberi makan kepada para tunawisma,
atau
sekadar
berterima
kasih
kepada
sopir
bus.
Meski hanya perkara kecil,
namun
dampaknya
terbukti
luar
biasa. Mereka yang gemar melakukan kebaikan ditengarai memiliki tingkat stres dan depresi yang lebih rendah.
Bahkan, mereka bisa mengatasi depresi,
rasa
takut, dan kekhawatiran.
Dan
ini
berlaku
secara
universal.
Seseorang yang banyak berbuat baik,
secara
otomatis
lingkungan
sekitar
akan
memberikan
penghormatan
yang
lebih
daripada
orang
yang
tidak
pernah
melakukan
kebaikan. Jika seseorang melakukan kebaikan kepada tetangganya,
secara
tidak
langsung
akan
terjalin
hubungan
yang
harmonis
sehingga
hidup
pun
menjadi
tenteram.
Jauh sebelum itu,
Rasulullah
SAW
telah
memerintahkan
umatnya
untuk
senantiasa
berbuat
baik
kepada
tetangga, dan perbuatan baik itu dikaitkan langsung dengan kalimat iman kepada Allah dan Hari Akhir.
Ini
menunjukkan
betapa
pentingnya
sebuah
kebaikan. Ada banyak teladan yang telah diberikan Rasulullah.
Syahdan,
setiap
kali
pergi
ke
Masjid, ada seorang kafir Qurash yang selalu meludahi atau melempari Rasulullah SAW dengan kotoran.
Namun, beliau membalas perbuatan itu dengan kebaikan.
Suatu
ketika, orang yang meludahi dan melempari kotoran itu jatuh sakit.
Beliau
justru
menjadi
orang
pertama
yang
menjenguknya. Setelah itu,
ia
pun
mengucapkan
dua
syahadat.
Konon,
ada seorang ulama yang kebetulan bertetangga dengan seorang yang beragama Nasrani. Karena kebaikannya, si tetangga itu akhirnya memeluk agama Islam. Inilah sebenarnya metode dakwah yang paling efektif daripada menggembor-gemborkan kebaikan, tetapi minim aksi dan nihil teladan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar