Senin, 05 Mei 2014

Pemuda Shaleh Pelita Umat dan Bangsa

Hadis yang menurut al-Albani bersanad sahih di atas menjelaskan aktivitas para pemuda pada zaman Nabi SAW. Seperti diceritakan Jundub bin Abdullah, mereka menempa diri  dengan memantapkan iman dan cahaya al-Qur’an.
Rasulullah SAW sendiri sering memberikan arahan dan nasehat kepada para pemuda, seperti nasehat beliau kepada Abdullah bin Abbas: “Wahai anakku, jagalah Allah maka Dia pasti akan menjaga­mu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemukan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika kamu memohon per­tolong­an, maka memohonlah kepada Allah. Se­andainya semua umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan mampu kecuali sudah ditentukan Allah. Dan seandainya semua umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak akan mampu kecuali yang telah Allah tetapkan Allah. Pena (pencatat taqdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan taqdir) telah mengering.” (HR Bukhari dan Muslim)
Di sini Rasulullah SAW membuka pintu ke­suksesan hidup di hadapan para pemuda, dengan me­nanamkan keyakinan dan keimanan yang kokoh sebagai penggerak kehidupan dan semangat per­juangan untuk hidup.  Sehingga pemuda dapat menghadapi semua rintangan dalam kehidupan nyata. Dari sini pula dapat dilihat, bagaimana Rasulullah SAW mempersiapkan pemuda-pemuda unggul di masanya. Pemuda-pemuda yang dibekali dengan keimanan yang kuat, pemahaman dan pengamalan al-Qur’an, serta petunjuk sunnah Nabi. Pemuda-pemuda inilah yang kelak dicatat sejarah sebagai pemuda-pemuda unggul berprestasi memajukan agama, umat dan negara.

Pemuda dan kesempatan emas
Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan umatnya akan pentingnya masa muda untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Sebab, masa muda adalah masa keemasan. Masa muda penuh dengan asa dan harapan. Maka ketika seorang manusia dapat menggunakan masa mudanya dengan amal saleh yang merupakan prestasi hidup, maka ia akan mendapatkan ganjaran yang sangat mulia di sisi Allah.
Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah menyampaikan kepada umatnya bahwa pada hari kiamat kelak ada tujuh golongan manusia yang mendapatkan perlindungan dari Allah, salah satunya adalah pemuda yang tumbuh suka beribadah kepada Allah. (HR Bukhari dan Muslim). Hal ini tentu menjadi tolok ukur bahwa ketakwaan seorang pemuda sangat dicintai Allah. Karena di saat ia memiliki kesempatan emas dan kekuatan prima yang bisa ia lakukan untuk hal apa saja yang disukainya, ternyata tidak membuatnya terbuai,  melainkan menga­rah­kan kesempatan dan kekuatan yang dimiliki untuk beribadah kepada Allah. Kisah Ashabul Kahfi yang diabadikan dalam al-Qur’an, adalah sekelompok pemuda beriman yang gigih melawan kelaliman penguasa, rela meninggalkan kesempatan bersenang-senang dan berfoya-foya hanya demi mempertahankan keimanan dan kebenaran.
Banyak sekali pemuda di kalangan sahabat  Rasulullah SAW yang menghabiskan waktunya untuk belajar dan beribadah. Seperti Ashhabus Shuffah, yang dikepalai Abu Hurairah. Mereka adalah sekelompok pemuda yang memanfaatkan waktu emasnya untuk belajar dan beribadah. Maka tidak mengherankan bila para penghafal hadis Nabi SAW dengan hafalan terbanyak, ternyata dari kalangan para pemuda. Sebut saja, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Aisyah binti Abu Bakar, Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik (lihat, Muqaddimah Ibnu Shalah).
Suatu hal yang menakjubkan tentang keadaan pe­muda saat itu. Ibnu Umar, misalnya, pernah diriwayat­kan bahwa ia sering tidur di masjid agar senantiasa dapat beribadah. (HR Bukhari). Bahkan para ulama menyebutkan istilah al-`Abadilah al-Arba’ah (empat orang bernama Abdullah) yang menjadi fuqaha sahabat. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr bin Ash, Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Abbas, merupakan tokoh pemuda di masanya.
Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah SAW yang mengajarkan umatnya untuk menggunakan kesempatan masa muda untuk beramal saleh. Seperti yang di­jelas­kan dalam hadis sahih yang masyhur: “Gunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: gunakan­lah olehmu kesempatan masa muda sebelum datang kesempitan masa tua…” (HR Hakim dalam al-Mustadrak dan disahihkan oleh Dzahabi).
Dalam hadis ini Nabi SAW menyebutkan masa muda di awal, sebagai tanda bahwa masa muda adalah masa keemasan yang tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia. Dalam satu pepatah dikatakan: “Inna syababa wal-faragha wal-jidata mafsadatun lil-mar’i ayya mafsadah,” yang berarti, sesungguhnya masa muda, waktu kosong dan kekayaan adalah sumber kerusakan bagi seseorang (yang tidak memanfaatkannya dengan baik).

Pemuda dan kekuatan prima
Masa muda merupakan masa kekuatan prima se­se­orang. Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, dan terjadi peperangan Yamamah, memerangi kaum murtad pengikut Musailamah al-Kadzdzab, banyak para qurra dan huffadz al-Qur’an gugur sebagai syuhada. Maka Umar bin Khattab mengusulkan untuk membukukan al-Qur’an. Kemudian dibentuklah tim kodifikasi al-Qur’an. Seorang pemuda bernama Zaid bin Tsabit ditunjuk sebagai ketua tim. Ketika itu Khalifah Abu Bakar berkata kepadanya: “Kamu adalah pemuda yang cerdas, kami tidak pernah menuduh apapun kepadamu (berkelakuan baik), sedangkan engkau sering menuliskan wahyu (al-Qur’an) yang diterima Rasulullah SAW, tuturkan ayat-ayat al-Qur’an itu (dari catatan dan hafalan) kemudian kumpulkanlah.” (Bukhari-Muslim).
Atas usahanya ini maka terwujudlah mushaf al-Qur’an pada saat itu, meski dengan rasm beragam. Namun usaha itu mencerminkan kecerdasan, ketelitian dan ketakwaan kepada Allah dari seorang pemuda yang peduli dengan agamanya.
Nabi SAW sering mengamanatkan para pemuda unggul dari para sahabat untuk menjadi panglima perang. Sebut saja, Ali bin Abu Thalib, Khalid bin Walid, Usamah bin Zaid. Dan ternyata, pasukan berani mati yang senantiasa hadir dalam peperangan pada masa Nabi dan Khulafa Rasyidin  adalah para pemuda shaleh yang memiliki keimanan kuat yang terpatri dalam hati mereka.
Sejarah telah mencatat kisah heroik mereka, seperti sebuah peristiwa dalam perang Yarmuk pada masa Khalifah Abu Bakar, saat melawan tentara Romawi yang berjumlah lebih banyak dengan peralatan perang lebih canggih. Usai perang—dengan kemenangan kaum Muslimin-- didapat sekelompok pemuda terkapar bersimbah darah, di antaranya Ikrimah bin Abu Jahal dengan luka 70 sabetan senjata tajam. Dalam keadaan terkapar didera rasa haus yang sangat, ketika akan di­berikan air, ternyata di sebelahnya ada pemuda-pemuda lain terkapar yang mengalami kehausan yang sama, maka akhirnya Ikrimah menolak untuk meminum lebih dahulu, dan memberikannya kepada yang lain. Dan Pemuda yang di  sebelahnya pun menolak untuk meminum lebih dahulu dan menyerahkannya kepada pemuda lain yang terkapar, begitulah seterusnya, sehingga sekelopok pemu­da ini gugur sebagai syahid, termasuk Ikrimah, karena mengedepankan kepentingan saudara seiman di­bandingkan kepentingannya sendiri.
Itulah pemuda-pemuda tangguh, tidak cengeng ketika menghadapi masalah sebesar apa pun. Kekuatan prima yang mereka miliki digunakan sebaik-baiknya untuk membela agama bangsa, dan negara, meski harus dibayar dengan nyawa sekalipun.

Pemuda sebagai agen perubahan sosial
Pemuda, dengan kesempatan emas dan kekuatan prima yang dimilikinya, dapat melakukan perubahan sosial dalam hidupnya. Sejarah telah mencatat bahwa perubahan sosial  terjadi karena faktor pemuda sebagai agen perubahannya. Ketika Nabi SAW diutus menjadi nabi, beliau berumur 40 tahun, usia yang sangat belia.
Lihat juga perjuangan Nabi Ibrahim AS menghancurkan berhala. Juga kisah putranya, Nabi Ismail AS ketika akan disembelih oleh ayahandanya karena perintah Allah, ia patuh dan pasrah atas perintah Allah tersebut, dan meyakinkan ayahnya untuk melakukannya tanpa keraguan. Hal ini tergambar dalam ucapannya: “Ayahanda, lakukanlah apa yang telah diperintahkan Allah, insya Allah engkau akan mendapatkan aku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS ash-Shaffat:102)
Ketika Nabi berdakwah menyerukan agama Islam kepada kaum Quraisy, ternyata banyak pemuda yang memenuhi panggilan dakwahnya. Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin `Auf, adalah di antaranya. Mereka adalah tokoh-tokoh pemuda yang luar biasa, menjadi pemimpin umat pada masanya.
Dalam konteks Indonesia, Gerakan Pemuda Nusantara tahun 1928, yang melahirkan sumpah pemuda merupakan contoh nyata peran pemuda dalam kemerdekaan. Se­hingga tanggal 20 Mei, yang merupakan hari lahirnya gerakan pemuda Budi Utomo, ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Karena kebangkitan pemuda shaleh dan unggul akan menjayakan agama, nusa dan bangsa. Wallahu a’lam bish-Shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar