Hidup tentu tak pernah lepas dari
masalah, bahkan hidup adalah masalah itu sendiri. Sejak kita bangun dari tidur
hingga tidur kembali, semua berisikan masalah. Beragam masalah tersebut bisa
kita kelompokkan, ada masalah yang kemunculannya bersifat internal dari
pribadi kita, ada juga masalah yang bersifat eksternal, berasal dari luar
pribadi kita.
Masalah yang bersifat internal
bisa berupa konflik diri, rasa kurang percaya diri, keraguan dalam membuat
keputusan, kecemasan yang berlebihan ataupun kesedihan atas kehilangan apa yang
kita miliki. Begitu pula dengan masalah eksternal—mulai dari hutang piutang,
kekurangharmonisan dalam rumah tangga, relasi negatif dengan teman sejawat
ataupun fitnah tidak objektif yang ditujukan kepada kita.
Namun, beragam masalah itu
memiliki satu inti, yakni sesuatu yang menghadang dan menyulitkan kehidupan,
yang bisa menjauhkan dari apa yang kita inginkan, yang menuntut untuk
diselesaikan dan dicarikan solusi. Dalam bahasa akademis, masalah adalah gap
atau kesenjangan antara Das Solen (idealitas) dan Das Sein
(kenyataan). Kesenjangan atau jarak antara keduanya inilah yang semestinya bisa
kita atasi.
Ada dua persepsi yang biasa kita
bentuk saat menghadapi masalah, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif.
Persepsi positif mengibaratkan bahwa masalah yang dihadapi bobotnya seimbang
dengan kemampuan yang kita miliki. Secara mental, kita mampu mengatasi masalah
karena masalah tidak melebihi kemampuan yang kita miliki. Persepsi positif
seperti ini membuat pikiran kita tenang dan berfokus pada pencarian solusi.
Sedangkan persepsi negatif
menganggap bahwa masalah selalu lebih berat dari kemampuan. Kita meyakini
masalah sebagai beban dalam hidup. Dengan persepsi negatif ini, respons kita
juga akan cenderung menjadi negatif. Alih-alih menyelesaikan masalah, kita
justru menghindari masalah, dan menganggap bahwa pelarian adalah solusi aman.
Untuk sementara waktu, respons
menghindari masalah akan terlihat baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu, ia
justru akan terus menurus bertumpuk dan berlipat ganda tingkat kesulitannya.
Karena terus diabaikan, kadar beratnya bertambah, sementara kemampuan kita
untuk menghadapinya tidak terasah. Akhirnya, kita akan menjadi depresi.
Bisa dibilang, masalah itu tak
ubahnya seperti organisme hidup. Ia akan membesar jika kita menganggapnya
besar, bahkan bisa menenggelamkan jika kita memandang diri kita kecil dan tak
mampu. Sebaliknya, masalah akan mengecil jika kita menganggapnya kecil.
Bersamaan dengan itu, secara alami, kemampuan kita pun akan ikut membesar.
Lalu bagaimana kiat agar kita
bisa membangun persepsi positif dalam menghadapi masalah? Sebagai seorang
Muslim, kita telah dibekali sebuah panduan yang sangat berharga, seperti yang
diungkap dalam al-Qur’an bahwa Allah tidak akan memberikan beban di luar
kemampuan hamba (la yukallifullohu nafsan illa wus’aha).
Artinya, Allah SWT memiliki
takaran sendiri bahwa seberat dan sesusah apapun masalah yang sedang kita
hadapi, kita pasti akan mampu menghadapinya karena takaran masalahnya selalu
sepadan dengan kemampuan kita.
Jika Allah selalu memberikan
beban yang sepadan dengan kita, maka kemampuan kita akan maju untuk terus
bergerak mencari solusi. Pergerakan kita terus mengalir karena keimanan kita
itu membawa pada ayat berikutnya bahwa sesungguhnya sesudah kau mendapatkan
kesulitan, maka kau akan menemui kemudahan (inna ma’al ‘usri yusro,
fainna ma’al usri yusro).
Kesulitan dan kemudahan adalah
pasangan hidup, seperti siang dan malam, pria dan wanita. Dengan pemahaman
seperti ini, maka masalah tidak lagi menjadi sesuatu yang memberatkan, apalagi
menakutkan. Ia justru menjadi tandem dan sparing patner dalam
memperbesar kapasitas dan kualitas kepribadian kita.
Dengan kata lain,
semakin banyak kita terlatih menangani dan mencari solusi atas masalah, semakin
besar pula pencapaian dan loncatan yang kita lakukan dalam hidup ini. Tidak
hanya terampil dalam mengatasi masalah yang bersifat pribadi, tetapi juga
masalah yang berskala jauh lebih besar—mulai dari membantu masalah teman hingga
ikut mencari penyelesaian atas masalah-masalah yang dihadapi bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar