Selasa, 27 Mei 2014

Kata-Kata Bijak Memaknai Kegagalan

Sobat, kali saya akan menulis kata-kata bijak memaknai kegagalan bisa membangkitkan semangat bagi yang membacanya. Kata-kata bijak ini bertema “memaknai kegagalan”. Bagaimana anda memaknai kegagalan, bagaimana anda bisa bereaksi terhadap kegagalan., dan sebagainya.
 Kata-kata bijak ini saya ambil dari berbagai sumber. Selamat menikmati. memaknai kegagalan
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. – Thomas Alva Edison. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. – Confusius. Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya – Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS. Kegagalan tidak pernah dimaknai sebagai kegagalan sampai anda menyerah Hanya mereka yang berani gagal yang dapat meraih keberhasilan – John F. Kennedy Kegagalan dapat di bagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tetapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tetapi tidak pernah berpikir – W.A Nance. Hanya orang-orang sukses yang tidak pernah merasa kalah, karena mereka selalu mencoba dan berusaha agar kegagalan sebelumnya tidak terulang kembali. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya, tanpa kehilangan semangat – Winston Chunchill Tak ada rahasia untuk menggapai sukses, sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan – General Colin Powell Orang-orang yang gagal di bagi menjadi dua, yaitu mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan padahal tak pernah memikirkannya – John Charles Salak. Hidup bukanlah tentang meratapi dan menunggu hujan badai berlalu, tapi tentang bagaimana kita menikmati dan belajar menari dalam hujan. Kegagalan adalah sesuatu yang dapat kita hindari dengan : tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa, dan tidak menjadi apa-apa – Denis Waitley Kegagalan adalah satu-satunya kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdik – Henry Ford Banyak orang tidak pernah gagal karena tidak pernah mencoba – Norman Macewan Percayalah semua masalah dan rintangan yang kita hadapi bukanlah untuk melemahkan kita. Justru ini akan menjadikan kita lebih kuat, lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih sabar dan lebih beriman. Kegagalan adalah peluang untuk hal yang lebih baik. Kegagalan adalah batu loncatan untuk pengalaman yang berharga. Suatu hari nanti Anda akan bersyukur untuk beberapa kegagalan yang anda alami. Percayalah, ketika satu pintu tertutup untuk anda, sebenarnya pintu yang lain selalu terbuka.
Nah, itulah kata-kata bijak memaknai kegagalan. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa tidak ada orang yang gagal, yang ada hanyalah orang yang berpikir gagal. Kegagalan bukanlah suatu kesalahan, tetapi hanya lah proses untuk mempersiapkan diri untuk kesuksesan yang lebih besar.

Makna Sebuah Kegagalan


Tidak ada manusia yang steril dari masalah. Selama hayat masih dikandung badan, problem hidup akan selalu hadir sebagai pelengkap hidup itu sendiri. Bergantung dari arah mana kita memandang, problema hidup dapat menjadi bahan atau bahkan batu loncatan untuk menjadi lebih baik.
Jika memahami suatu masalah itu sebagai loncatan, maka kemunculannya akan membuat kita berpikir keras, introspeksi diri, dan pada gilirannya kan melahirkan inovasi baru untuk berbuat lebih baik lagi. Secara psikologis, kita akan semakin dewasa dalam menghadapi kehidupan. Kian deras masalah yang kita hadapi, semakin dewasalah kita dalam menyikapi hidup ini. Setiap masalah sebenarnya adalah cobaan untuk meningkatkan kualitas diri kita dan kadar kesabaran di dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi, atau sebagai peringatan dari Allah SWT karena jalan yang kita tempuh tidak sesuai dengan apa yang diperintahkanNya. Namun, sayang tidak semua orang bisa memahami hal itu. Banyak yang menganggap masalah yang dihadapinya sebagai kutukan, laknat, dang menganggap hal itu merupakan hal biasa yang tidak harus dipikirkan. Sebagai contoh, limbah pabrik Newmont di teluk Buyat, banjir yang menimpa ibu kota Indonesia dan sekitarnya, gempa bumi, longsor, tsunami, Banjit Lapindo dan lain-lain. Tak jarang yang mencari kambing hitam sebagai pembenaran dari sikap yang salah. Bahkan menjadi frustasi dan merasa bosan dengan kehidupan yang tidak berpihak pada dirinya. Akhirnya menjadi pesimis, putus asa dan berhenti berjuang yang akhirnya menjadi sampah masyarakat.
Padahal setiap detik adalah kehidupan baru yang juga memberikan harapan baru. Semuanya anugrah kepada kita agar kita dapat introspeksi diri, tidak ada kata terlambat untuk memulai yang baik. Sebaliknya, hidup terlalu sayang jika terus berfikir negatif dan menyesal sepanjang hari tanpa mencari penyelesaian dari masalahnya.
Merubah kegagalan menjadi kesuksesan
Kesedihan, kekecewaan, frustasi, rasa bosan, dan kemalangan adalah kata-kata yang bersinonim dengan kegagalan. Berbagai kegagalan memenuhi sudut-sudut kehidupan. Gagal dalam berkarir, studi, menjalin cinta kasih, gagal dalam meraih cita-cita, dan yang lain sebagainya. Semua akrab dengan kehidupan manusia. Menurut Islam, setiap kegagalan adalah musibah, bisa juga berarti cobaan dan ujian (Al-Baqarah: 156). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang selalu memotifasi diri dari kegagalan, mereka itulah orang yang sabar dan sebagai calon orang-orang yang sukses di masa yang akan datang.
Ketakutan terhadap suatu kegagalan bisa menghancurkan orang yang mempunyai prospek yang baik. Kegagalan sebenarnya bukan merupakan hal yang buruk, yang buruk adalah mereka yang tidak pernah mencobanya sama sekali dan berhenti berjuang dan mudah putus asa.
Sneca pernah berkata: "Pujilah orang-orang yang melakukan hal-hal yang besar kendati pun mereka gagal,". Dan orang yang tidak pernah gagal atau orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah berbuat apapun. Kesuksesan adalah sebuah paket, dan bagian dari paket itu adalah kegagalan. Panadangan bahwa orang yang sukses adalah orang yang tidak pernah gagal adalah pandangan yang keliru. Orang yang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah. Ketika ia gagal, maka ia bangkit kembali. Kemudian belajar dari kesalahan dan bergerak maju menuju inovasi yang lebih baik. Maka tindakan konstruktif adalah lebih baik daripada tindakan yang destruktif.
Elburt Hubbard mengatakan: "Orang yang gagal adalah orang yang melakukan kesalahan tetapi tidak mengambil hikmah dari pengalaman tersebut,". Dan tindakan yang harus dilakukan ketika kegagalan menimpa adalah meyakinkan pada diri bahwa pasti ada jalam keluar untuk menuju sukses kembali. Semua fikiran bersifat magnetis, ketika kita mengatakan "saya kalah" maka fikiran negatif menyerbu ikut meyakinkan, kita memang sudah kalah. Tetapi ketika kita yakin pasti akan ada solusi yang lain, maka pikiran menyerbu membantu memecahkan masalah dan mencari solusinya. Para psikolog mengatakan "Seorang pencandu alkohol sudah ditakdirkan terus kecanduan hingga ia percaya dapat mengalahkan kecanduan,"
Allan Loy Mc Ginnin dalam bukunya Bringging out the Best in People mengatakan "Ketakutan terhadap suatu kegagalan bisa mematahkan semangat seseorang, maka ciptakan kegagalan, karena bukanlah sesuatu yang fatal".
Kegagalan tidak terlepas dari kehidupan, mereka yang lari dari suatu kegagalan adalah mereka yang lari dari kehidupan. Cara terbaik menghadapi kegagalan adalah belajar dari kegagalan itu agar tidak terulang kembali dan meneruskan untuk terus berjuang.
Tidak ada jalan pintas untuk menuju kesuksesan. Kesuksesan akan datang kepada mereka yang berusaha mendapatkannya bukan kepada mereka yang mengharapkannya. Jangan pernah putus asa, karena yang mudah putus asa tidak pernah sukses dan orang sukses tidak pernah putus asa (QS. Yusuf: 87) wallahu a'lamu bisshawab.

Memaknai Konsep “Kegagalan”

Salah satu proses belajar kita ketika kecil adalah belajar berjalan. Mungkin ketika ulang tahun pertama, anda mulai belajar berjalan - kemudian anda pun terjatuh dan anda pun terjatuh berulang kali sampai pada akhirnya anda dapat berjalan dengan lancar dan sampai sekarang anda tidak pernah merasa gagal belajar berjalan dalam kehidupan saat ini.

Saya yakin, anda dapat mengingat sebagai orang dewasa suatu kejadian dimana anda gagal satu atau dua kali kemudian anda menyerah. Jadi apa bedanya dengan ketika anda belajar berjalan?
Jawabannya adalah “ANDA TIDAK MENGENAL KONSEP KEGAGALAN”.
 
Ingatkah anda? Orang tua anda meyakinkan bahwa anda bisa melakukannya jika terus berusaha dan mereka selalu mendampingi anda untuk mendorong anda. Setiap Keberhasilan diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan, yang memompa diri anda untuk lebih berhasil lagi.
 
Seringkali, semua berawal dari suatu kejadian di sekolah dimana guru bertanya, “Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?” dan dengan penuh semangat anda mengangkat tangan bahkan sampai melompat-lompat supaya guru menunjuk anda. Kemudian guru pun menunjuk anda dan anda menjawab dengan keras dan lantang. Tapi kemudian guru anda bilang, “Kamu SALAH, Saya heran melihat kamu”.
Akhirnya benih-benih keraguan pun mulai muncul. Anda merasa malu. Bagi banyak orang, inilah awal terciptanya citra diri yang negatif.

Masalah adalah harta yang terbalut dengan penderitaan”

Setelah dewasa, akan sangat baik apabila kita belajar untuk memaknai kegagalan dengan positif. Sebuah berlian tidak akan pernah menjadi berlian yang indah apabila tidak melalui proses yang sangat panjang dan menyakitkan. Sebuah kayu tidak akan menjadi kayu yang halus tanpa dipasrah ataupun diamplas terlebih dahulu. Jadi bersyukurlah apabila anda masih memiliki masalah. Karena tidak ada pelaut handal yang dilahirkan di laut yang tenang.

Sangatlah penting untuk mengajarkan konsep memaknai kegagalan ini pada putra dan putri kita. Banyak sekali kejadian yang menimpa mereka karena mereka tidak bisa menerima kegagalan. Salah satu contoh paling gamblang adalah fenomena bunuh diri pada remaja. Sebenarnya hal ini disebabkan karena mereka tidak siap untuk ditolak. Mereka tidak siap untuk gagal. Kita seringkali mengajarkan untuk bersyukur dan berterima kasih ketika kita mendapatkan keberuntungan. Tapi apakah kita pernah mengajarkan untuk bersyukur dalam kesulitan dan kesusahan?

Kegagalan bagaikan penyakit yang pernah kita alami. Coba anda tanya ke semua orang yang ada di dunia ini, apakah ada satu orang pun dari mereka yang tidak pernah sakit? Saya yakin, pasti semua orang pernah merasakan sakit. Begitu juga dengan kegagalan. Semua orang pasti akan mengalami yang namanya kegagalan. Dan sekarang semua tergantung dari kita, apakah kita akan memaknai kegagalan itu sebagai sesuatu yang akan mengasah kita menjadi lebih baik atau sebuah lubang yang sangat dalam yang membuat kita tidak bisa naik  lagi?

Salam Sehat, Sukses dan Bahagia untuk kawan-kawan semua

Memaknai Peristiwa Hidup

“Every adversity, every unpleasant circumstance, every failure, and every physical pain carries with it the seed of an
equivalent benefit”.
(Ralp Waldo Emerson)

Kalimat bijak diatas mungkin sangat mudah dimengerti. Tetapi ketika mengalami kegagalan maka hanya sedikit individu
yang bisa mengaplikasikan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Sama halnya dengan kata bijak yang lain:
"Kegagalan adalah sukses yang tertunda". Benarkah?

Gagal & Sukses

Jika kita mengacu pada kisah kehidupan orang sukes yang kita kenal dan diperkenalkan oleh sejarah maka cenderung
diperoleh kesimpulan yang sama bahwa kegagalan adalah peristiwa potensial yang bersifat netral, ‘hidden potential
events’ yang tidak memiliki makna tertentu kecuali setelah diberi pemaknaan oleh kita: nasib, takdir, siksaan, cobaan,
tantangan atau pelajaran. Apapun makna yang dibubuhkan pada akhirnya akan kembali pada formula bahwa hidup ini
lebih pada memutuskan pilihan dan merasakan konsekuensi.

Berdasarkan hidden potential events tersebut maka bisa dimengerti jika Abraham Lincoln baru mencapai cita-cita
politiknya pada usia 52 tahun; Soichiro Honda yang sampai cacat tangannya gara-gara mendesain piston; atau Werner
Von Braun penemu roket yang menyebut angka kegagalan 65.121 kali. AMROP International, perusahaan pencari
eksekutif senior yang berkantor di 78 negara di dunia termasuk Indonesia, pernah mengeluarkan catatan tentang fluktuasi
emosi pencari kerja dari sejak di-PHK sampai menemukan pekerjaan baru. Dihitung, fluktuasi naik-turun itu terjadi
sebanyak 26 kali dengan asumsi waktu minimal enam bulan.

Pendek kata, gagal dan sukses adalah ritme hidup yang tidak terpisah dari kehidupan semua orang. Lalu apa pembeda
antara perjuangan tiada akhir (unstoppable) yang menghasilkan para "pengubah" dunia dengan perjuangan yang
dikalahkan rasa putus asa karena kegagalan yang barangkali terjadi hanya sepersekian persen?

Menyikapi Kegagalan

Penyikapan individu pada momen di mana kegagalan terjadi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Membiarkan
Model penyikapan ini adalah menerima kegagalan dengan kualitas yang rendah berupa membiarkan saja semua terjadi.
Sikap ini dihasilkan dari mentalitas yang rendah untuk mendobrak keadaan karena tidak memiliki kemauan yang
dibangkitkan di dalam untuk menemukan penyebab yang rasional. Bisa jadi kemauan itu erat kaitannya dengan level
pengetahuan dan harapan yang dimiliki orang. Karena jawaban rasional tidak ditemukan, maka cara tunggal yang
digunakan untuk memaafkan sikap demikian adalah menempatkan kegagalan dalam wilayah hidup yang tak tersentuh
oleh upaya dirinya dengan meyakini titah takdir atau nasib.

2. Menolak
Model penyikapan kedua adalah menolak kegagalan.Penolakan itu dilakukan dalam bentuk menyalahkan orang lain,
keadaan atau Tuhan sekalipun, karena dirasakan tidak adil memberi perlakuan. Biasanya penolakan itu terjadi akibat
keseimbangan hidup yang kurang mendapat perhatian di tingkat intelektual, emosional atau spritual. Meskipun kegagalan
dapat dilumpuhkan, tetapi akibat penolakan yang dilakukan, keseimbangan antara usaha dan hasil tidak sebanding. Jika
diambil perumpaan maka model hal ini adalah ibarat orang membunuh nyamuk dengan sepucuk pistol.

3. Menerima
Model penyikapan ketiga adalah yang paling ideal yaitu menerima kegagalan dengan kualitas yang tinggi. Di sini
kegagalan adalah materi pembelajaran-diri atau kurikulum pendidikan situasi. Daam hal ini tentu saja bukan berarti
bahwa semakin banyak kegagalan semakin bagus tetapi yang ingin difokuskan adalah bagaimana individu menempatkan
kegagalan sebagai proses yang menyertai realisasi gagasan. Bisa jadi fakta fisik menunjukkan peristiwa yang belum /
tidak berjalan seperti yang diinginkan oleh perencanaan akan tetapi orang seperti Edison atau orang lain yang bermazhab-
hidup sama merebut tanggung jawab untuk mengubah hidup dari cengkraman fakta fisik temporer itu. Seperti dikatakan
Dr. Denis Waitley: "There are two primary choices in life: to accept conditions as they exist, or accept the responsibility for
changing them."

Munculnya penyikapan yang beragam di atas tidak terjadi secara take for granted begitu saja tetapi dibentuk oleh sekian
faktor antara lain:

a. Lingkungan
Termasuk dalam kategori lingkungan adalah keluarga, masyarakat dan bangsa di mana kita menjadi salah satu
komponen yang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi. Kualitas model penyikapan lingkungan terhadap persoalan hidup
secara umum tergantung tingkat pendidikan, nilai kebudayaan, atau peradaban yang membentuknya. Orang yang
dibesarkan oleh lingkungan berbeda bagaimana pun punya format pandangan berbeda tentang persoalan hidup.

b. Sistem Struktural
Selain lingkungan, faktor sistem struktural yang mengatur organisasi, lembaga, atau perkumpulan sosial tertentu juga
ikut andil terutama membentuk karakter mentalitas individu dalam menghadapi hidup dan kegagalan pada khususnya.
Mentalitas tinggi akan membentuk kepribadian di mana seseorang menjadi ‘the cause’ dari peristiwa hidup sementara
mentalitas rendah akan membentuk kepribadian sebagai ‘the effect’.

c. Personal
Meskipun tidak bisa dinafikan pengaruh yang dimiliki oleh faktor lingkungan dan sistem struktural, tetapi pengaruh
tersebut hanya bersifat menawarkan dan hanya faktor personal-lah yang menentukan keputusan. Sudah jelas kita
rasakan, tidak semua pengaruh itu murni negatif atau positif sehingga peranan terbesar terdapat pada kemampuan kita
untuk menghidupkan tombol ‘seleksi’ dan ‘pengecualian’ dalam memilih model penyikapan untuk mendukung di antara
yang bekerja untuk merusak atau mandul.

Memaknai Kegagalan

Tidaklah benar jika dikatakan bahwa ketidakmampuan seseorang mengambil manfaat dari hidden potential yang terjadi
dalam suatu peristiwa yang menyebabkan kegagalan semata-mata karena faktor negatif yang diwariskan oleh lingkungan
atau sistem struktural yang ada dalam masyarakat. Justru yang dibutuhkan adalah bagaimana kita menciptakan model
penyikapan ketiga yang dihasilkan dari pemahaman tentang cara kerja hidup dan dunia. Dalam hal memaknai kegagalan,
kesengsaraan, atau peristiwa menyakitkan lainnya, maka langkah-langkah yang kemungkinan besar dapat membantu
adalah:

1. Menciptakan Kondisi

Makna tidak datang sendiri tetapi sebagai hasil yang diciptakan oleh usaha untuk menemukannya, dalam arti menciptakan
kondisi dengan kesadaran bahwa kita sedang menjalani pendidikan situasi untuk mematangkan diri. Kualitas
conditioning akan sebanding dengan benefit yang tersimpan di baliknya. Sebelum Ir. Ciputra bercerita riwayat hidupnya
dari kecil, rasanya semua orang membayangkan betapa enaknya menjadi sosok yang menyandang sebutan maestro
property Indonesia atau Asia Pasifik. Tetapi dengan pengakuan bahwa dirinya adalah manusia yang tidak tahu di mana
seorang ayah dimakamkan oleh penjajah kala itu yang akhirnya membuat Ciputra kecil berusia 12 tahun harus hidup
tanpa bimbingan ayah, barulah kita sadar bahwa balasan yang diterimanya sekarang ini adalah balasan setimpal. Bocah
kecil bernama Ciputra harus jalan kaki sepanjang 7 km karena tujuannya menyelesaikan sekolah dasar. Kata kuncinya
bukan pada kematian seorang ayah di sel penjara penjajah akan tetapi kesadaran bahwa dirinya harus merumuskan
tujuan, visi, dan misi hidup seorang diri. Andaikan situasi serupa dihadapi oleh kita sendiri, belum tentu kita berani buru-
buru membayangkan alangkah enaknya menjadi sosok Ir. Ciputra.

2. Menciptakan Perbedaan

Model penyikapan ketiga yang membedakan model pertama dan kedua pun juga tidak disuguhkan tetapi diciptakan oleh
kualitas pembeda dalam mengembangkan sembilan sumber daya inti di dalam diri yaitu:
Sumber daya material: fisik, raga
Sumber daya intelektual: nalar
Sumber daya emosional: sikap perasaan
Sumber daya spiritual: hati, rohani
Sumber daya mental: daya dobrak
Sumber daya visual: imajinasi
Sumber daya verbal: komunikasi
Sumber daya social: relationship
Sumber daya dukungan eksternal: lingkungan dan sistem struktural
Banyak hal-hal kecil yang dapat membantu memperbaiki model penyikapan tetapi luput untuk dijalankan karena sifat
manusia yang ingin ‘jump to conclusion’ mendapatkan hasil yang besar. Di antaranya adalah kesadaran mendengarkan
musik, olah raga, membaca, doa, meditasi, relaksasi senyuman, tepuk tangan atas keberhasilan orang lain, dan lain-lain.

3. Menggunakan Kemampuan Baru

Hasil akhir dari pembelajaran diri dengan menjalani pendidikan situasi adalah memiliki kemampuan baru, baik
kemampuan hardware skill dan software skill atau makna lain yang anda temukan. Tetapi balasan setimpal dari situasi
yang kita rasakan menyakitkan adalah menggunakan kemampuan tersebut untuk menambah nilai plus, competitive
advantage, diri kita bagi orang lain. Salah seorang yang pernah berhasil menggunakan kemampuan baru itu adalah prof.
Hamka. Mungkin – ini hanya pengandaian – kalau tidak dijebloskan ke penjara, buku tafsir yang menjadi karya fenomenal
Hamka tidak pernah rampung. Kalau tidak pernah bangkrut yang membuatnya hidup menggelandang sampai usia 40
tahun, mungkin karya berseri berjudul “The Chicken Soup for Soul” yang saat ini banyak terpampang di sejumlah toko
buku di dunia tidak akan dihasilkan oleh Mark Victor Hensen.
Tentu bukan penjara atau hidup menggelandang yang membuat kedua sosok di atas merasakan balasan setimpal, tetapi
pembelajaran diri dalam memaknai setiap peristiwa hidup yang terjadi justru menjadi kunci untuk mengembangkan
sumber daya di dalam diri masing-masing dan hasilnya digunakan demi kesejahteraan orang banyak.
Akhir kata, sebaik-baiknya seseorang maka akan sangat baik jika ia dapat belajar dan mengambil hikmah dari setiap
peristiwa hidup guna memberikan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selamat menemukan makna dari peristiwa
hidup yang anda alami guna menciptakan competitive advantage bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi kesejahteraan
orang banyak.(jp)

Belajar memaknai kegagalan


Sering kali kita selalu dengar ungkapan kegagalan adalah sukses yang tertunda. Nah saya bukan orang ahli bahasa yang akan membedah dari segi ini dan itu, bukan pula seorang motivator yang bisa menciptakan rumus-rumus untuk hampir setiap kata kerja. Saya akan memaknai sendiri, bahwa ketika dikatakan tertunda, maka yang namanya kegagalan itu bukan hasil akhir, karena setelah gagal akan ada proses untuk mencapi kesuksesan.
Lalu sukses hasil akhir dong ? Ya kalau dilihat dari kata-kata diatas, sukses bukan hasil akhir. Karena sukses bisa jadi kegagalan kembali, kalau diteruskan. Nah kalau tidak diteruskan ? Ya tidak mungkin, ketika seseorang menganggap dirinya sukses, apakah dia akan berhenti dititik itu, berarti dia gagal untuk setidaknya mempertahankan kesuksesannya, kalau diteruskan bisa jadi dia akan menempuh kegagalan.
Jadi bagimana ? Tidak ada, mau apa ? Tidak ada yang bisa dikerjakan, sukses dan gagal itu hanya sebutan atau mungkin parameter terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan. Kalau sudah dibilang gagal, usaha lagi agar sukses. Lalu kalau sudah sukses setidaknya dipertahankan agar pada perjalanannya tidak gagal dikemudian hari. Jadi yang namanya sukses itu juga bukan akhir sebuah hasil, sukses bukan hasil. Lalu hasilnya yang mana ? Proses ? Terserah, suka-suka saja.
Terkadang kita terlalu sibuk dengan segala rumus ini dan itu, sampai lupa kalau es teh manis di siang hari yang panas itu menyegarkan, kadang kita juga terlalu takjub akan kesegaran es teh manis, sampai lupa membayar.
Yah, hidup memang tak seindah mulutnya Mario Teguh, itu saya percaya dan saya amini. Tapi bukan berarti setelah tidak percaya motivator kita tidak punya motiviasi, tidak. Naif, motivasi itu banyak kok, silahkan dirumuskan sendiri, silahkan dipilah-pilah sendiri, toh kita lebih tahu dengan hidup kita. Jadi ada disisi yang mana anda sekarang, sukses atau gagal ?