Seorang pemimpin, dalam
perspektif Agama, dituntut terjun langsung ke lapangan, berwatak satrio
pinandito, ahli dalam mengonsep program dan strategi sekaligus piawai
menerapkannya di lapangan. Dengan terjun langsung ia bisa memberikan pengarahan
seperti yang diharapkan. Masalah yang muncul di lapangan juga dapat dengan
cepat diselesaikan. Ibarat orang menggaruk tubuhnya yang gatal, akan lebih pas
kalau dia garuk sendiri, akan berbeda hasilnya bila minta tolong kepada orang
lain untuk menggaruknya, mungkin tidak kena sasaran.
Seorang pemimpin harus menguasai
masalah. Bila tidak, bagaimana ia mampu memberikan pengarahan dengan benar,
atau malah sangat mungkin salah dalam memberikan instruksi. Masalah yang ada
dikuasai dengan baik. Hal ini menjadi ukuran tanggung jawab atas pekerjaan dan
tugasnya. Pemimpin yang tidak menguasai masalah yang menjadi kewajibannya, sama
saja dengan tidak bekerja dan tidak mempunyai tanggung jawab.
Perkembangan di lapangan harus
terus dipantau, dicek dari berbagai sumber, mana yang sudah berjalan sesuai
harapan dan mana yang masih terkendala. Dengan demikian, target-target
pekerjaan dan waktu dapat dicapai. Tanpa checking yang baik sangat
mungkin seorang pemimpin akan dengan mudah dibohongi atau mendapat laporan
fiktif dari staf dan pelaksana.
Seorang pemimpin tidak boleh
mengetahui permasalahan hanya melalui pemberitahuan atau laporan saja. Tapi ia
harus melakukan check dan recheck serta crosscheck untuk
mendapatkan data yang akurat. Ketepatan atau kesalahan data dapat mempengaruhi kebijaksanaan.
Hal ini juga memiliki fungsi kontrol dan pengendalian terhadap pelaksana tugas,
baik secara individual maupun sektoral.
Salah satu wujud dari tanggung
jawab kepemimpinan adalah kontrol yang baik, pengawasan yang menyeluruh, dan
teliti. Karena kontrol yang lemah akan membuka peluang pelanggaran dan
penyalahgunaan wewenang. Kepemimpinan pondok, pengasuhan, pendidikan santri
adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan baik kepada Allah, pondok maupun
wali santri dan masyarakat. Maka amanah ini harus dijaga dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini kontrol merupakan bagian penting dari
pelaksanaan amanah tersebut. Karena kontrol yang lemah berarti keteledoran dan
kelengahan yang akan mengakibatkan pada penyia-nyiaan amanah.
Seorang pemimpin juga harus mampu
memprediksi dan mengambil langkah antisipatif. Terjun langsung dan penguasaan
masalah akan membiasakan pemimpin berpikiran analitis terhadap setiap
permasalahan. Kebiasaan ini akan memberikan kacakapan memprediksi hal-hal yang
akan terjadi sebagai konsekuensi dari masukan data dan kondisi lapangan,
selanjutnya langkah-langkah antisipatif bisa segera dilakukan sebelum masalah
benar-benar terjadi.
Seorang pemimpin harus mampu
memprediksi permasalahan yang akan dihadapi secara total, seperti memprediksi
jumlah santri yang akan masuk dan keluar, jumlah sarana dan prasarana,
sirkulasi keuangan, dan kemampuan SDM, baik santri maupun guru. Kemampuan dalam
hal ini akan mempermudah pendelegasian tugas dan pelaksanaannya. Dengan kemampuan
memprediksi, seorang pemimpin dapat mengeluarkan keputusan dengan cepat dan
akurat, sekaligus dapat melakukan tindakan antisipatif terhadap permasalahan
yang ada. Kemampuan memprediksi ini membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pola
pikir yang rapi, rapat dan teratur.
Pemimpin hendaknya senantiasa
mengasah kekuatan spiritualitasnya, sehingga mempunyai ketajaman bashirah
bathiniyah sebagai buah dari kebersihan hati dan motivasi. Karenya, seorang
pemimpin harus ikhlas dalam berbuat dan bersungguh-sungguh. Pemimpin yang bashirah
batiniyahnya telah terasah akan memiliki feeling tajam dan kepekaan
tinggi sehingga bisa menyelami psikologi orang lain dengan baik,
menenggang perasaan orang lain, dan
mengerti apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan mereka.
Pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan.
Keteladanan tidak mesti berupa figuritas, tetapi juga mencakup produktivitas,
cara kerja yang bagus, tuntas dan rapi, dan bisa menjadi contoh yang baik bagi
orang lain. Ia juga harus berwawasan luas. Karenanya, ia selalu meningkatkan
diri, mengikuti informasi, banyak membaca, dan meluaskan pergaulannya hingga
menjangkau semua lapisan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar