Memang benar, Ramadhan identik dengan Lailatul Qadar atau Lailatul Mubarakah (malam
yang diberkahi), karena malam yang utama ini hanya ada pada Ramadhan.
Sebagai malam yang utama, yang dikatakan lebih baik dari 1000 bulan atau
setara 83,4 tahun (khairun min alfi syahrin/Qs. al-Qadr ayat 3), tak
heran semua umat Islam berlomba-lomba mengejarnya.
Lailatul
Qadar disebut sebagai malam utama, yang khusus dirizkikan pada umat
Muhammad, karena pada malam itulah kitab suci al-Qur’an diturunkan dari
Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah (langit dunia). Menurut Syeikh Nawawi
Banten, penurunan al-Qur’an pada malam ini bersifat jum’latan wahidatan (utuh satu al-Qur’an, yang jumlah ayatnya enam ribu lebih). Inilah yang dalam ‘ulum al-Qur’an disebut al-tanazzul al-awwal (turun
tahap pertama). Dari Baitul Izzah, Jibril a.s. menurunkannya kepada
Muhammad SAW di dunia tahap demi tahap selama 23 tahun, sesuai
kebutuhan. Ini disebut al-tanazzul al-tsani (turun tahap kedua).
Aziz,
yang dimuliakan Allah SWT. Kenapa malam itu disebut Lailatul Qadar?
Menurut Syeikh Nawawi Banten dalam Marah Labid-nya (II/456), karena pada
malam itu Allah SWT menetapkan takdir-takdir-Nya selama setahun, baik
kematian, rizki maupun yang lain. Bahkan menurutnya, pada malam itulah
Allah SWT menyerahkan mandat pengelolaan takdir-takdir itu pada
mudabbiratul umur (para malaikat koordinator), yakni Israfil, Mikail,
Izrail dan Jibril. Dengan demikian, keutamaan malam ini semakin kuat.
Hanya
saja, tidak seorang muslimpun tahu secara persis kapan Lailatul Qadar
itu terjadi. Pendapat yang masyhur mengatakan, Lailatul Qadar terjadi
pada tanggal ganjil sepuluh hari akhir Ramadhan. Bisa jadi tanggal 21,
23, 25, 27, atau 29. Sebetulnya ada hikmah, kenapa kita tidak diberitahu
kapan malam yang dinanti-nanti itu datang. Ya, biar ibadah kita tidak
mengendor sepanjang sepuluh hari terakhir itu. Kalau kita tahu, misalnya
tanggal 21, maka kita hanya sibuk ibadah pada hari itu. Pada hari
lainnya, kita akan sepele, karena sudah mendapat malam 1000 bulan.
Makanya Rasulullah SAW mengingatkan, pada sepuluh hari terakhir
Ramadhan, kita dianjurkan mengencangkan ikat pinggang untuk beribadah
lebih giat lagi.
Lailatul Qadar sebetulnya hanya diketahui oleh
para wali Allah SWT, yaitu mereka yang berhati jernih. Kalau orang awam,
paling-paling mengetahui tanda-tanda lahiriahnya saja. Misalnya,
seperti dikutip Syeikh Nawawi Banten dari Abdullah bin ‘Abbas dan Abu
Muslim, Lailatul Qadar itu sunyi dari angin, tiada halilintar, tiada
mara bahaya dan seterusnya. Ibn Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al-Adhim
(IV/536) menukil sabda Rasulullah SAW tentang tanda-tandanya. Misalnya,
rembulan bersinar lembut, bintang-bintang tidak bersinar (tertutup
cahaya rembulan) hingga pagi hari, matahari bersinar laksana bulan
purnama, dan pada hari itu setan-setan bersembunyi di sarangnya.
Demikian
jawaban saya. Semoga shalat dan puasa kita diterima Allah SWT, sehingga
kita diberi-Nya hadiah Lailatul Qadar. Karena ada keterangan, Lailatul
Qadar diperuntukkan bagi orang-orang yang shalat dan puasanya dijalankan
semata karena Allah SWT. Wa Allah a’lam.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar