Senin, 24 Maret 2014

“Marah” Dapat Membunuh Anda!


Marah sekarang ini sangat mudah anda temukan di mana-mana, karena masalah kecil saja seseorang bisa tepancing marahnya. Walau marah itu kadang-kadang diperlukan, tapi marah yang berkepanjangan, terus menerus, apalagi dengan intensitas berlebihan, ada yang mengumpamakan seperti darah yang mendidih, sangat berbahya untuk diri anda. Marah seperti ini dapat membuat anda sakit, dan bahkan mebunuh anda.
Sebagai contoh, beberapa minggu lalu saya punya seorang pasien yang mengeluh sakit dada yang sangat khas untuk penyakit jantung koroner. Wajah pasien, disamping mencerminkan nyeri dada yang dirasakannya, pasien juga saya lihat sangat emosional, penuh amarah. Dari anamnesis keluarga, sebelum serangan jantung pasien juga marah-marah di rumah, apa yang menjadi alasan amarahnya juga tidak jelas.
Semula, setelah dirawat di ruang perawatan intensif, pasien sudah menunjukkan perbaikan, namun beberapa jam kemudian pasien menurut perawat jaga seperti marah-marah lagi, tidak berapa lama setelah itu pasien tiba-tiba mengalami apnoe dan meninggal.
Okelah, banyak teori berkaitan hubungan marah dengan beberapa penyakit dan serangan jantung, tapi, sebenarnya yang lebih menarik adalah, “kenapa anda harus marah? “
Marah bukan disebabkan sesuatu yang terjadi pada diri anda, bukan karena orang lain menyakiti, usil kepada anda. Marah sebenarnya lebih banyak terjadi karena anda mengharapkan, mengiginkan sesuatu, tapi kenyataannya berbeda? Contoh sederhana adalah, barangkali anda mengharapkan cuaca hari ini cerah, karena mau pergi ke luar, tapi kenyataannya malah hujan atau panas terik, karenanya anda merasa terganggu, anda lalu marah. Anda mengharapkan IP anak anda harus tinggi, kenyataanya tidak, anda kemudian marah. SBY juga marah kepada Nazarudin bukan masalah korupsinya, yang menggerogoti uang Negara, banyak koruptor lain yang jauh lebih besar dari itu. Barangkali beliau marah karena mengharapkan Nazaruddin tidak berkicau seperti itu.
Marah juga sering dipicu karena anda menganggap diri anda lebih penting dari orang lain. Karena anda seorang pejabat, orang kaya, orang hebat, merasa jagoan misalnya, Anda mengharapkan orang lain harus menghormati, memberikan prioritas kepada anda, kenyataanya tidak. Misalnya di jalan raya, ketika anda ingin menyalib mobil yang ada di depan anda, anda mengharapkan sopirnya akan mengalah, memberikan prioritas kepada anda. Anda menginginkan orang lain dapat memahami anda.
Marah juga sering timbul karena menganggap diri anda selalu benar, orang lain salah. Ketika sebuah motor atau mobil tiba-tiba hampir menyerempet anda, perasaan dongkol, marah itu pasti muncul, anda pasti menyalahkan mereka, padahal bisa saja anda yang salah.
Mereka yang perfeksionis, yang menuntut sesuatu harus sempurna juga acap kali marah. Ketika jadwal penerbangan sedikit tertunda, mereka akan menggerutu, mencak-mencak. Ketika cucian oleh pembantu sedikit masih ada nodanya, atau sterika baju yang kurang rapi, orang yang perfeksionis akan marah.
Jadi, seperti cerita pasien di atas, marah dapat membunuh anda, karenanya jadilah orang yang tidak terlalu banyak berharap, menuntut. Kemurahan, kerendahan hati, sikap menerima, InsyaAllah dapat membantu anda……..”Saya tidak akan mengizinkan diri saya menjadi marah karena anda, yang rugi, pasti diri saya sendiri”…bukankah begitu?..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar