Marah sekarang ini sangat mudah anda temukan di mana-mana, karena
masalah kecil saja seseorang bisa tepancing marahnya. Walau marah itu
kadang-kadang diperlukan, tapi marah yang berkepanjangan, terus menerus,
apalagi dengan intensitas berlebihan, ada yang mengumpamakan seperti
darah yang mendidih, sangat berbahya untuk diri anda. Marah seperti ini
dapat membuat anda sakit, dan bahkan mebunuh anda.
Sebagai contoh,
beberapa minggu lalu saya punya seorang pasien yang mengeluh sakit dada
yang sangat khas untuk penyakit jantung koroner. Wajah pasien, disamping
mencerminkan nyeri dada yang dirasakannya, pasien juga saya lihat
sangat emosional, penuh amarah. Dari anamnesis keluarga, sebelum
serangan jantung pasien juga marah-marah di rumah, apa yang menjadi
alasan amarahnya juga tidak jelas.
Semula, setelah
dirawat di ruang perawatan intensif, pasien sudah menunjukkan perbaikan,
namun beberapa jam kemudian pasien menurut perawat jaga seperti
marah-marah lagi, tidak berapa lama setelah itu pasien tiba-tiba
mengalami apnoe dan meninggal.
Okelah, banyak
teori berkaitan hubungan marah dengan beberapa penyakit dan serangan
jantung, tapi, sebenarnya yang lebih menarik adalah, “kenapa anda harus
marah? “
Marah bukan
disebabkan sesuatu yang terjadi pada diri anda, bukan karena orang lain
menyakiti, usil kepada anda. Marah sebenarnya lebih banyak terjadi
karena anda mengharapkan, mengiginkan sesuatu, tapi kenyataannya
berbeda? Contoh sederhana adalah, barangkali anda mengharapkan cuaca
hari ini cerah, karena mau pergi ke luar, tapi kenyataannya malah hujan
atau panas terik, karenanya anda merasa terganggu, anda lalu marah. Anda
mengharapkan IP anak anda harus tinggi, kenyataanya tidak, anda
kemudian marah. SBY juga marah kepada Nazarudin bukan masalah
korupsinya, yang menggerogoti uang Negara, banyak koruptor lain yang
jauh lebih besar dari itu. Barangkali beliau marah karena mengharapkan
Nazaruddin tidak berkicau seperti itu.
Marah juga sering dipicu karena anda menganggap diri anda lebih penting dari orang lain. Karena anda seorang pejabat, orang kaya, orang hebat, merasa jagoan misalnya, Anda mengharapkan orang
lain harus menghormati, memberikan prioritas kepada anda, kenyataanya
tidak. Misalnya di jalan raya, ketika anda ingin menyalib mobil yang ada
di depan anda, anda mengharapkan sopirnya akan mengalah, memberikan
prioritas kepada anda. Anda menginginkan orang lain dapat memahami anda.
Marah juga sering timbul karena menganggap
diri anda selalu benar, orang lain salah. Ketika sebuah motor atau mobil
tiba-tiba hampir menyerempet anda, perasaan dongkol, marah itu pasti
muncul, anda pasti menyalahkan mereka, padahal bisa saja anda yang
salah.
Mereka yang
perfeksionis, yang menuntut sesuatu harus sempurna juga acap kali marah.
Ketika jadwal penerbangan sedikit tertunda, mereka akan menggerutu,
mencak-mencak. Ketika cucian oleh pembantu sedikit masih ada nodanya,
atau sterika baju yang kurang rapi, orang yang perfeksionis akan marah.
Jadi, seperti
cerita pasien di atas, marah dapat membunuh anda, karenanya jadilah
orang yang tidak terlalu banyak berharap, menuntut. Kemurahan, kerendahan
hati, sikap menerima, InsyaAllah dapat membantu anda……..”Saya tidak
akan mengizinkan diri saya menjadi marah karena anda, yang rugi, pasti
diri saya sendiri”…bukankah begitu?..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar