Dalam
kaitannya dengan belajar tuntas (mastery learning) maka yang perlu diingat
oleh seorang guru salah satunya adalah setiap peserta didik itu memiliki
kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam mencapai suatu kompetensi tertentu. Sehingga dalam proses pembelajaran
sehari-hari akan terjadi kecepatan belajar yang berbeda antara peserta didik
yang pandai, peserta didik yang biasa
bahkan yang lambat atau lemah.
Dalam
pembelajaran tuntas maka menekankan pada ketuntasan belajar secara individual
meskipun proses pembelajaran dilakukan secara klasikal. Untuk mencapai pembelajaran tuntas akan
mengacu kepada program perbaikan ( remedial ), pengayaan dan akselerasi.
1. Remedial ( Perbaikan )
Remedial atau
perbaikan diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas belajar atau belum
mencapai SKBM ( Standar Ketuntasan Belajar Minimal ) setelah mengikuti tes
kompetensi dasar tertentu, ujian blok, atau ujian semester. Program remedial
ini dilakukan dua kali, sehingga bila peserta didik sudah melaksanakan remedial
atau perbaikan sebanyak dua kali namun nilainya belum mencapai SKBM maka
penanganannya harus melibatkan orang tua peserta didik dengan melibatkan pihak
Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui kemungkinan sebab lain dari kelambanan
peserta didik tersebut.
Tugas yang
berat bagi guru dalam mencapai belajar tuntas ini adalah bagaimana seorang guru
dapat menanganai peserta didik yang lemah atau lamban dalam mencapai kompetensi
belajar tertentu, maka ada dua cara yang dilakukan ;
a. Guru
memberi bimbingan secara khusus,
individual bagi peserta didik yang lamban dalam mencapai kompetensi dasar
tertentu. Cara ini sederhana sebab guru
berperan juga sebagai fasilitator. Contoh menanyakan kepada peserta didik yang
mana tempat kesulitannnya dan langsung dijelaskan oleh guru, bisa di dalam
kelas atau luar kelas sampai benar-benar dimengerti dan indikatornya bisa
mengerjakan soal atau tugas dari guru dengan benar.
b. Dengan
perlakuan ( treatment) khusus yaitu penyederhanaan dari pembelajaran
regular. Contoh guru dapat
menyederhanakan sisi materi ajar agar
mudah dimengerti oleh peserta didik yang lamban tersebut. Penyampaian yang sederhana dari guru dengan
melengkapai materi ajar dengan gambar, grafik, skema, dan lainnya. Penyederhanaan soal yang diujikan sehingga
lebih mudah dimengerti olah peserta didik yang lamban belajar.
2. Pengayaan
Dalam
pembelajaran tuntas maka akan muncul peserta didik yang memiliki kecepatan
lebih dalam mencapai kompetensi dasar tertentu, untuk peserta didik yang
seperti ini tidak boleh diabaikan tetapi harus mendapat perlakuaan khusus dalam
bentuk tambahan pengetahuan dan keterampilan melalui program pengayaan. Caranya adalah memberikan materi tambahan
atau diskusi tentang materi ajar berikutnya atau kompetensi dasar berikutnya
sesama teman sekelompoknnya untuk memperluas wawasannya. Atau sebagai tutor sebaya terhadap temannya
yang belum tuntas belajarnya. Cara
lainnya adalah memberikan tugas oleh guru yang menyangkut kompetensi
selanjutnya sebagai materi ajar tambahan.
Dapat juga dilakukan dengan mengerjakan soal latihan yang bersifat
pengayaan.
3. Akselerasi
(Percepatan belajar)
Implikasi
lain dari mastery learning (belajar tuntas ) adalah kemungkinan adanya peserta
didik yang memiliki kecerdaqsan luar biasa dengan nilai di atas 95. Untuk mereka ini tidak diadakan pengayaan
tetapi perlakuan khusus yaitu percepatan belajar secara alami bukan di kelas
akselerasi. Mereka dapat langsung
dipersilahkan untuk mempelajari
kompetensi dasar berikutnya yang sudah diprogramkan dalam satu semester atau
satu tahun sehingga nantinya peserta didik tersebut dapat menyelesaikan belajarnya
lebih cepat dari teman-temannya. Untuk
mendukung pelaksanaan perscepatan belajar ini maka pembelajaran perlu dikemas
lebih rinci misalnya dengan menggunakan modul – modul pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar mandiri, paket atau kegiatan-kegiatan
belajar sesuai kompetensi dasar yang dilengkapi dengan soal-soal latihan,
sehingga program kaselerasi ini mudah terlaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar